Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (Unja) Uce Lestari mengolah buah pedada menjadi produk olahan pangan yang bermanfaat meningkatkan sistem imun tubuh.
"Buah pedada ini diolah menjadi dodol pedade, permen asam manis pedado, granul pedada dan marshmallow pedade sebagai peningkat sistem imun," kata Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (Unja) Uce Lestari di Jambi, Minggu.
Buah pedada diperoleh dari Desa Teluk Majelis yang terletak di Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi yang mana sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan.
Selain itu hutan mangrove yang berada di sekitar perkampungan Desa Teluk Majelis banyak ditemukan dan didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut.
Komunitas tanaman itu berfungsi untuk melindungi garis pantai dan menjadi habitat berbagai hewan perairan. Menurut data BKSDA Provinsi Jambi hutan bakau pantai timur memiliki 20 jenis tanaman mangrove salah satunya adalah jenis mangrove menghasilkan buah pedada (Sonneratia cassiolaris).
Ia menjelaskan bahwa masyarakat Desa Teluk Majelis yang berada di wilayah hutan mangrove tersebut belum mampu mengoptimalkan potensi hasil hutan mangrove non kayu sehingga kurang memiliki kepedulian dalam melestarikan ekosistem mangrove di Semenanjung Pesisir Tanjung Jabung Timur.
Tanaman pedada (Sonneratia cassiolaris) yang tumbuh di hutan mangrove tersebut berbuah secara musiman, dimana pedada akan berbuah pada akhir tahun seperti periode bulan Oktober sampai dengan Desember.
Masyarakat Desa Teluk Majelis jarang mengkonsumsi langsung buah pedada karena rasanya asam. Sehingga buah tersebut banyak jatuh dibawa arus laut ataupun habis dimakan oleh binatang primata. Rasa asam disebabkan karena pedada memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi.
Berdasarkan penelitiannya Uce Lestari mengatakan bahwa buah pedada (Sonneratia caseolaris) mengandung beberapa senyawa bioaktif diantaranya flavonoid, luteolin dan luteolin 7-O-B-glucoside yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, mampu meningkatkan sistem daya tahan tubuh serta dapat membunuh mikroorganisme.
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Melati di Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan satu-satunya usaha dalam mengolah buah pedada menjadi produk olahan pangan sebagai peningkat sistem imun. Produk pangan fungsional tersebut telah dijual pada pusat oleh-oleh di Kabupaten Tanjab Timur.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dosen Unja olah buah pedada jadi peningkat sistem imun tubuh
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023
"Buah pedada ini diolah menjadi dodol pedade, permen asam manis pedado, granul pedada dan marshmallow pedade sebagai peningkat sistem imun," kata Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (Unja) Uce Lestari di Jambi, Minggu.
Buah pedada diperoleh dari Desa Teluk Majelis yang terletak di Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi yang mana sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan.
Selain itu hutan mangrove yang berada di sekitar perkampungan Desa Teluk Majelis banyak ditemukan dan didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut.
Komunitas tanaman itu berfungsi untuk melindungi garis pantai dan menjadi habitat berbagai hewan perairan. Menurut data BKSDA Provinsi Jambi hutan bakau pantai timur memiliki 20 jenis tanaman mangrove salah satunya adalah jenis mangrove menghasilkan buah pedada (Sonneratia cassiolaris).
Ia menjelaskan bahwa masyarakat Desa Teluk Majelis yang berada di wilayah hutan mangrove tersebut belum mampu mengoptimalkan potensi hasil hutan mangrove non kayu sehingga kurang memiliki kepedulian dalam melestarikan ekosistem mangrove di Semenanjung Pesisir Tanjung Jabung Timur.
Tanaman pedada (Sonneratia cassiolaris) yang tumbuh di hutan mangrove tersebut berbuah secara musiman, dimana pedada akan berbuah pada akhir tahun seperti periode bulan Oktober sampai dengan Desember.
Masyarakat Desa Teluk Majelis jarang mengkonsumsi langsung buah pedada karena rasanya asam. Sehingga buah tersebut banyak jatuh dibawa arus laut ataupun habis dimakan oleh binatang primata. Rasa asam disebabkan karena pedada memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi.
Berdasarkan penelitiannya Uce Lestari mengatakan bahwa buah pedada (Sonneratia caseolaris) mengandung beberapa senyawa bioaktif diantaranya flavonoid, luteolin dan luteolin 7-O-B-glucoside yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, mampu meningkatkan sistem daya tahan tubuh serta dapat membunuh mikroorganisme.
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Melati di Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan satu-satunya usaha dalam mengolah buah pedada menjadi produk olahan pangan sebagai peningkat sistem imun. Produk pangan fungsional tersebut telah dijual pada pusat oleh-oleh di Kabupaten Tanjab Timur.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dosen Unja olah buah pedada jadi peningkat sistem imun tubuh
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023