Yogyakarta, Antara Jambi - Kementerian Pertanian menyebutkan baru 15 komoditas dari total 127 produk perkebunan yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Pada Peringatan HUT Ke-60 Perkebunan di Institur Pertanian (Instiper) Yogyakarta, Minggu, Direktur Jenderal Perkebunan Bambang memaparkan sektor perkebunan pada 2016 menyumbang Rp429 triliun terhadap PDB nasional. Jumlah tersebut melebihi migas yang hanya Rp365 triliun.
"Pendapatan kita dari Rp429 triliun, baru berasal dari 15 komoditas, padahal sektor perkebunan punya 127 komoditas yang belum dikelola dengan baik," kata Bambang.
Ada pun 15 komoditas yang telah menyumbang PDB perkebunan, antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, kelapa, teh, vanili dan rempah-rempah seperti lada dan cengkeh.
Bambang menjelaskan sumbangan terbesar terhadap PDB nasional tersebut berasal dari komoditas minyak kelapa sawit (CPO) yakni lebih dari Rp206 triliun, padahal pendapatan tersebut dicapai dalam kondisi perkebunan yang belum maksimal.
Menurut dia, Indonesia harus memanfaatkan potensi sektor perkebunan di tengah komoditas energi fosil seperti batubara dan migas yang mulai berangsur habis. Banyak negara lain yang menghendaki kejayaan perkebunan Indonesia.
Oleh karena itu, Kementerian Pertanian berupaya agar produk perkebunan nasional terbebas dari isu negatif di pasar dunia.
Hal senada disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono, yang menyebutkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (CPO) sudah lebih dari 20 juta ton. Namun, Indonesia harus lebih kuat mempromosikan produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.
"Kita punya dasar CPO kita lebih berkelanjutan dari Malaysia. Mereka dalam melakukan promosi jauh lebih giat. Berita terakhir ISPO kita paling rendah kualitasnya," kata Mukti.
Mukti menambahkan bahwa CPO merupakan salah satu komoditas yang paling disoroti dari segi aspek lingkungan karena dinilai penyebab penggundulan hutan (deforestasi) dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim global.
Namun, perluasan lahan yang paling besar justru ada pada komoditas kedelai dan bunga matahari seluas 150 juta hektare, sementara penggunaan lahan CPO Indonesia dan Malaysia disebut efisien karena hanya memakan luas 11,5 juta ha.