Bandung (ANTARA) - Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Garden (Bazoga) kini memiliki tambahan koleksi satwa yakni sepasang kura-kura ceper yang memiliki nama latin cyclemys dentata.
Kurator reptil Bazoga, Panji Ahmad Fauzan mengatakan hewan amfibi itu memiliki keunikan berupa tempurungnya yang menyerupai serat kayu. Selain itu, kura-kura ceper itu memiliki duri di sisi-sisi tempurungnya sebagai alat perlindungan diri dari predator.
"Kita punya kura-kura ceper itu 17 ekor, sekarang bertambah dua jadi 19 ekor," kata Panji di Bazoga, Kota Bandung, Sabtu.
Dua kura-kura itu, kata dia, menetas pada 15 Mei 2020. Dari tiga telur kura-kura yang ditetaskan, dia mengatakan hanya dua ekor yang berhasil menetas.
Panji menjelaskan populasi hewan endemik tersebut bisa ditemui di Asia Tenggara. Untuk wilayah nusantara, kata dia, kura-kura itu bisa biasa ditemui di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
"Kalau jumlah populasinya Indonesia, beberapa waktu lalu saya cari, belum ada penelitiannya, tapi satwa ini belum berstatus dilindungi, ini biasanya masih ada yang jual," kata Panji.
Kura-kura tersebut, baik jantan maupun betina, ukurannya bisa mencapai 25 centimeter. Dalam sekali bertelur, kura-kura itu bisa melahirkan dua hingga empat telur dengan masa inkubasi hingga 75 hari.
"Ketika dia masih kecil, di bagian pinggirnya itu ada semacam duri tajamnya, itu menjadi sebuah perlindungan dari predator, kalau mau dimangsa, akan lebih susah, tapi kalau beranjak dewasa, durinya agak hilang," kata dia.
Setelah bertelur, Panji mengatakan pihaknya langsung membuat inkubator semi alami dengan menyiapkan tempat berisi pasir, tanah dan serasah di kandangnya.
"Setelah dia menetas, dia hidupnya banyak di air, karena untuk menghindari predator di darat, kemudian setelah dia dewasa di akan beranjak ke darat," katanya.
Kura-kura ceper tambah koleksi Kebun Binatang Bandung
Sabtu, 1 Agustus 2020 15:39 WIB