Jambi (ANTARA) - Beragam model busana perempuan Jambi menarik perhatian setiap pengunjung yang datang ke pameran temporer ' Eloknyo Busano Upik Jambi' yang digelar Museum Siginjei Jambi mulai 18 Agustus sampai 24 Agustus 2021.
Mulai dari busano sehari-hari, Busano seni budaya dan busano upacara dipamerkan dalam kegiatan ini. Demikian yang dikatakan oleh Kepala Museum Siginjei, Leni Nurleni usai membuka pameran temporer eloknyo busano upik Jambi, Rabu (18/8).
"Ada berbagai koleksi busana yang kami pamerkan, mulai dari busana sehari-hari, busana untuk pesta, seni dan budaya dan busana upacara juga koleksi perhiasan dan tengkuluk (penutup kepala khas perempuan Jambi),"kata Leni.
Setiap busana upik Jambi dikatakan Leni mengandung filosofi sehingga kegunaan busana berbeda-beda. Dirinya mencontohkan, untuk busana ke umo atau ladang misalnya perempuan Jambi menggunakan baju kurung dengan potongan sedikit lebih pendek serta panjang kain yang juga sedikit lebih pendek mengingat bahwa saat di ladang perempuan akan bergerak bebas saat bekerja.
Ada pula makna lain dari setiap busana kurung khas perempuan Jambi yang memiliki belah di bagian dada sepanjang 25 cm. Belahan ini memiliki makna bahwa umat islam memiliki 25 nabi. Selain itu adanya belahan di bagian atas dada menunjukkan keterbukaan pemikiran perempuan -perempuan Jambi. Selain itu, model lengan baju yang lurus menceritakan perempuan Jambi yang harus mengukur kemampuan diri saat ingin mencapai sesuatu.
Melalui pameran busana upik Jambi yang dilaksanakan ini juga dalam rangka memperingati HUT ke 76 RI. Leni menuturkan, melalui pameran temporer eloknya busano Upik Jambi diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi generasi muda Jambi untuk lebih mencintai budaya Jambi terutama busana-busana khas Jambi yang ternyata dapat digunakan dalam keseharian.
" Sebenarnya busana wanita khas Jambi bisa kita mix and match dengan busana sehari-hari yang terpenting kita tidak merubah dan meninggalkan filosofinya, "ujarnya.
Kemajuan teknologi diakui Leni memberikan pengaruh besar bagi kelestarian busana wanita Jambi ini. Namun dengan pameran ini generasi muda diharapkan dapat turut melestarikan budaya busana perempuan Jambi dengan menggunakannya dalam sehari-hari.
Kasubag Tata Usaha Museum Siginjei Jambi, Muzakkir, Rabu (18/8) juga mengatakan hal yang sama. Ke depan masyarakat Jambi seharusnya lebih menghargai busana tradisional Jambi sehingga dapat dikembangkan menjadi lebih kekinian.
" Kami berharapnya masyarakat Jambi bisa lebih mencintai busana khas Jambi dibanding busana dari negera lain tentunya yang tidak sesuai dengan identitas kita, "sebutnya.
Busana tradisional Jambi dikatakan Muzakkir dalam proses pembuatannya sudah direnungkan dan didesain sedemikian rupa sesuai karakter bangsa, adat istiadat dan norma di Jambi. Tentunya setiap busana tradisional Jambi memiliki falsafah dan filosofi.
Dalam pameran busana kali ini, setidaknya terdapat 60 koleksi dipamerkan secara langsung termasuk keramik, perhiasan kuno Jambi. Museum Siginjei juga memamerkan koleksi foto-foto busana tradisional wanita Jambi yang berjumlah ratusan foto dari berbagai aktifitas dan model busana perempuan Jambi.
Beragam koleksi busana perempuan Jambi ini didapatkan dari proses penelitian dan pendataan ke masyarakat. Museum mempunyai tugas untuk terjun ke masyarakat melakukan penelitian sebab koleksi busana biasanya dimiliki oleh masyarakat. Apabila ditemukan barang-barang yang bisa dikoleksi yang mengandung nilai kesejarahan, nilai keunikan dan estetika serta kelangkaan maka Museum berupaya untuk mendapatkan koleksi atau melalui pembuatan replika.
Tentunya usai didapatkan beragam koleksi busana tradisional harus mendapatkan perawatan khusus mengingat usia kain yang sudah lama. Terdapat tin konservasi yang akan melakukan perawatan kain di Museum. Dirinya menjelaskan, biasanya kain yang baru didapat dari masyarakat akan di masukkan ke dalam kulkas khusus terlebih dahulu agar kain menjadi lembut kembali. Selanjutnya akan ada penanganan sendiri terhadap kain seperti penambalan pada kain yang robek atau berlubang dengan dijahit tangan agar lebih teliti untuk menghindari kerusakan kain yang lama dan lapuk.
Kain atau busana tradisional yang dikoleksi Museum tidak boleh dilipat melainkan harus digulung sedemikian rupa kemudian dilapisi dengan kertas bebas asam yang hanya diproduksi dari Jepang.
" Seperti itulah sedikit gambaran perawatan kain yang ada di Museum, tidak boleh dilipat nanti bekas lipatan bisa jadi robekan baru, "katanya.
Pada busana yang dipamerkan ini, pengunjung juga tidak boleh menyentuh kain mengingat kain pada busana sudah berusia lama dan rapuh. Pada pameran temporer eloknyo busano upik Jambi juga membatasi kunjungan pengunjung. Untuk satu kali kunjungan hanya untuk 10 orang dan wajib menerapkan proses seperti menjaga jarak, selalu memakai masker. Pameran busano Upik Jambi juga dapat menjadi pilihan destinasi wisata dan edukasi bagi anak-anak agar mengajarkan mereka tentang budaya Jambi yang harus dilestarikan.
Museum Siginjei Jambi pamerkan 'eloknyo busano Upik Jambi'
Rabu, 18 Agustus 2021 18:41 WIB