Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong para pelaku usaha rintisan atau startup untuk berani menangkap peluang di sektor pangan yang dinilainya masih terbuka begitu lebar dan bahkan membesar karena krisis pangan dampak agresi militer Rusia ke Ukraina.
"Masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi masalah besar yang harus dipecahkan oleh teknologi dan itu adalah kesempatan, peluang, opportunity, dan agrikultur hanya empat persen (dari startup Indonesia -red)," kata Presiden dalam pembukaan yang disiarkan kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden.
Porsi empat persen itu masih tertinggal jauh dibandingkan sektor fintech yang mendominasi populasi startup Indonesia dengan 23 persen atau ritel sebesar 14 persen.
Presiden menjabarkan dalam sektor pangan terdapat setidaknya tiga aspek yang bisa disasar oleh para pelaku usaha rintisan Indonesia, yakni produksi, distribusi, dan pemasaran.
"Di sini ada peluangnya semuanya. Urusan produksinya ada, urusan distribusinya ada, urusan pasarnya ada semua peluangnya," katanya.
Kepala Negara juga mengingatkan para pelaku usaha rintisan bahwa sektor pangan tidak hanya berkenaan dengan beras sebagai komoditas makanan pokok utara masyarakat Indonesia.
Untuk komoditas makanan pokok sendiri Presiden mencontohkan ada sorgum, porang, cassava (singkong), dan sagu. Jokowi juga menyebut hal yang sama berlaku pada sayur-sayuran maupun pangan ikan-ikanan.
"Sehingga ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, nelayan di lautan, sampai masuk ke dapurnya ibu-ibu rumah tangga. Peluangnya sangat besar sekali," katanya.
Presiden juga sempat mengingatkan potensi ekonomi digital Indonesia yang pada 2020 sebesar Rp632 triliun bisa tumbuh delapan kali lipat hingga sekira Rp4.531 triliun pada 2030 nanti.
Oleh karena itu Presiden terus mengajak para pelaku usaha rintisan untuk bisa memulai usahanya dengan melihat kebutuhan pasar yang ada, mengingat 80-90 persen startup gagal ketika masih tahap merintis dengan 42 persen di antaranya akibat tidak melihat kebutuhan pasar yang ada.
Dalam kesempatan yang sama Menteri BUMN Erick Thohir melaporkan BUMN Startup Day digelar dengan menghadirkan 150 ekshibitor, 250 startup dalam 12 klaster yang ada di BUMN, 22 perusahaan BUMN yang berusaha melihat potensi untuk business matching, lima modal ventura pendamping, serta sedikitnya 5.000 pengujung yang diundang.
"Bisnis BUMN Startup Day ini ada lima yakni business matching, investor pitching, rapid mentoring startup, conference, dan tentunya exhibition. Mohon dukungan Bapak Presiden dan pemerintah supaya ini bisa menjadi gelombang besar untuk kemajuan ekonomi digital Indonesia sebagai salah satu pertumbuhan ekonomi masa depan," kata Erick.
Selain Menteri BUMN, turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pembukaan BUMN Startup Day adalah Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Penjabat Gubernur Banteng Al Muktabar, serta Ahmed Zaki Iskandar.