Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mulai mengoperasikan gedung layanan kesehatan terintegrasi atau Kanigara yang menghadirkan layanan uro-nephrology, hepatologi, dan diabetes.
Proyek APBN senilai Rp348,7 miliar itu dibangun di sisi selatan Kompleks RSCM seluas total 12,5 hektare di Jakarta Pusat. Bangunan terdiri atas 12 lantai yang mengintegrasikan sejumlah layanan dalam satu atap.
Pada tahap awal layanan yang dihadirkan berupa uro-nephrology untuk berbagai layanan komprehensif seperti evaluasi, diagnosa, dan perawatan kondisi urologi pada orang dewasa dan anak, serta kondisi ginjal akut dan kronis.
Selanjutnya adalah hepatologi yang menghadirkan layanan gangguan pada saluran cerna, seperti lambung, hati, hingga pankreas. Terakhir, adalah layanan terhadap pasien diabetes.
Sri Mulyani berharap Kanigara menjadi bagian dari pembangunan dan pembenahan berkelanjutan, sehingga menjadi rumah sakit rujukan berkelas dunia yang bisa diandalkan.
Dalam agenda yang sama Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan saat ini dari total 12 lantai, baru delapan lantai diantaranya yang telah dibangun dalam waktu empat bulan terakhir.
"Masih ada sisanya empat lantai lagi, nanti kami selesaikan semua agar pelayanan tadi bisa dilakukan dengan baik. Saat ini sudah beroperasi dan saya lihat tadi ruang ICU-nya sudah dipakai dan ruang operasi juga sudah dipakai," kata Menkes.
Dalam rencana pengembangan ke depan, kata dia, direncanakan ada tambahan 36 ruang operasi. Sebanyak 18 ruangan diantaranya sudah selesai dan bisa pakai untuk menangani pasien BPJS Kesehatan.
Menkes Budi menambahkan pembangunan Gedung Kanigara sempat terbengkalai selama 11 tahun terakhir akibat permasalahan pada proses penganggaran proyek.
"Gedung ini sebetulnya sudah lama, sudah 11 tahun. Jadi saya lihat gedung ini kok enggak selesai-selesai, akhirnya kami putuskan untuk dibangun cepat, dan Alhamdulillah tim RSCM sudah bisa bekerja sama dengan mitra-mitranya untuk bisa selesaikan ini dalam empat bulan,” katanya.
Kendala utama yang mengakibatkan bangunan itu terbengkalai, kata Menkes Budi, sebab proses perencanaan anggaran yang tidak tepat.
"Waktu itu anggarannya enggak dihitung dengan persis, enggak tepat, jadi yang dikeluarin anggarannya kemudian enggak sesuai, tahun depannya enggak dapat anggaran lagi, ke depannya jangan terjadi lagi," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.