Jambi (ANTARA Jambi) - Budayawan Kerinci Iskandar Zakaria mengatakan, saat ini minat generasi muda Kota Sungaipenuh dan Kabupaten Kerinci untuk belajar seni "Marcok" atau debus Kerinci serta tarian Mmadu Amoa semakin meningkat.

"Dewasa ini terjadi perubahan pola pikir yang mendasar pada generasi muda Kerinci terhadap pentingnya pelestarian kebudayaan dan kesenian khas daerah seperti seni Marcok dengan tariannya Mmadu Amoa, saat ini di sanggar saya di Kerinci telah terkumpul ratusan remaja dari kedua daerah untuk belajar seni Marcok tersebut," kata Iskandar Zakaria di Jambi, Minggu.

Iskandar budayawan penerima anugerah budaya dari Guberur Jambi dan telah ditetapkan sebagai maestro itu mengaku kewalahan menjadi instruktur para remaja tersebut.

"Hal ini bisa disebabkan oleh semakin terbukanya masyarakat Kerinci dalam menerima kesenian dan kebudayaannya sendiri, sebab dulu kesenian Marcok dan kesenian-kesenian lainnya yang berbau animisme telah dilarang oleh para ulama," katanya.

Tapi kini pemikiran itu telah berubah karena kesenian itu disadari sebagai aset budaya dan pariwisata yang luar biasa untuk mengangkat martabat dan juga perekonomian masyarakat melalui pengembangan pariwisata, ujarnya.

Marcok adalah semacam seni debus Kerinci, namun berbeda dari debus Sunda atau Banten, Marcok diperagakan dalam bentuk tarian yang biasanya diikuti oleh para wanita sebagai penari atau peraga utama.

"Selain itu, berbeda dari debus yang sudah dalam konsep budaya Islami, Marcok memang masih begitu kuat kesan animismenya, hal itulah yang menyebabkan pelarangan Marcok oleh para ulama, namun beruntung masyarakat Kerinci memang sudah terlanjur lekat dengan budayanya," kata Iskandar.

Meskipun sudah difatwakan sebagai hal yang dilarang agama, karena dianggap mengandung sirik tapi tetap saja selalu ada kelompok masyarakat yang mempertahankan pewarisannya meskipun itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

"Marcok sendiri sesungguhnya tidak seekstrim debus, karena beberapa atraksi kekebalan yang diperagakan tergolong masih ringan seperti menari di atas beling, di atas paku, pedang, bara, kertas, telur dan lainnya," katanya.

Sementara Mmadu Amoa sendiri adalah sebentuk tradisi lisan yang fungsinya untuk pengobatan dan tolak bala, disampaikan dalam bentuk senandung atau nyanyian khas Kerinci atau Tale dalam bahasa Kerinci Tua atau Kerinci kuno.

Tapi karena fungsinya sebagai seni dan hiburan saat ini maka syair dalam bahasa Kerinci kuno tersebut dapat saja diubah dalam bahasa Melayu Jambi atau bahasa Melayu manapun, karena memang nilai sakralitasnya sebagai syair atau mantra sudah tidak lagi begitu difungsikan, tambah Iskandar.(Ant)

Pewarta: Yupnical

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014