Pekanbaru (ANTARA Jambi) - Wide Wirawaty, putri dari tokoh pendidikan Riau dan mantan anggota DPD RI Soemardi Thaher, melaporkan Gubernur Riau Annas Maamun ke Badan Reserse Kriminal Polri dalam kasus dugaan tindakan asusila.

"Lebih menyakitkan lagi, korbannya adalah anak kandung saya yang sangat saya sayangi, darah daging saya. Kalau dia disakiti, saya ikut sakit. Apa yang mengganggu perasaannya, tentulah mengganggu perasaan saya juga," kata Soemardi Thaher kepada Antara di rumahnya di Pekanbaru, Minggu.

Berdasarkan Tanda Bukti Lapor, Wide Wirawaty melapor ke Bareskrim Polri pada 27 Agustus 2014 dengan laporan polisi Nomor LP/797/VIII/2014/Bareskrim dengan terlapor Gubernur Riau Annas Maamun.

Perkara yang dilaporkan adalah tindak pidana dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan.

Soemardi tidak bisa menahan tangisnya saat mengatakan harus mengungkap kasus yang menimpa putri kelimanya tersebut, meski hal ini membuka aib keluarga.

Apalagi pelakunya adalah orang nomor satu di Riau yang kedudukannya terhormat, punya kekuasaan dan wewenang luas.

Ia menyayangkan terjadinya kasus ini karena sebenarnya dirinya mengenal cukup baik sosok Annas Maamun dan sebagai gubernur seharusnya dapat menjadi panutan.

"Dia (Annas) seyogyanya menjadi tumpuan utama bagi hak dan perlindungan perempuan. Harapan saya ini harus dibuka lebar-lebar. Saya bilang ke anak saya, buka lebar-lebar apa yang terjadi," ujar mantan anggota DPD RI periode 2004-2009 ini.

Ia menjelaskan, selama ini putrinya yang kini berusia 38 tahun memiliki kegiatan di Pemprov Riau antara lain sebagai tutor kepala pada pelatihan bahasa inggris untuk eselon II dan III di bawah lembaga pendidikan "Wide School" yang dimiliki putrinya.

Setelah beberapa bulan Annas Maamun menjabat gubernur, Wide menghadap ke Annas untuk membawa proposal kegiatan pelatihan dan seminar.

Menurut dia, respons Annas sangat positif untuk mendukung kegiatan itu, bahkan menjanjikan akan mengangkat Wide sebagai staf khusus gubernur.

Kepala Biro Humas Setdaprov Riau Joserizal Zen tidak mau berkomentar ketika dimintai konfirmasinya terkait kasus hukum terhadap Gubernur Riau Annas Maamun.

Joserizal juga tidak bisa memastikan apakah Gubernur Riau Annas Maamun mau mengomentari ataupun akan mengambil tindakan hukum balasan terhadap pelapor. "Jangan dulu, lah," katanya lewat sambungan telepon.

Kronologis
Dalam surat pernyataannya yang turut dilampirkan dalam laporan ke polisi, Wide Wirawaty mengungkapkan kejadian nahas itu terjadi pada Jumat 30 Mei 2014. Wide menghadap gubernur menjelang shalat Jumat untuk mengurus kepastian administrasi seminar yang disetujui oleh gubernur.

Namun karena waktu yang mepet, urusan tersebut tidak selesai dan Annas meminta korban datang ke rumah pribadinya di Jalan Belimbing, Pekanbaru.

Korban mengaku tidak ada perasaan lain sedikit pun karena merasa Annas adalah seorang gubernur yang memegang amanah. Saat tiba di rumah tersebut, korban diterima oleh seorang laki-laki yang merupakan pembantu rumah tangga Annas Maamun.

Annas dan Wide berbicara di ruang tamu untuk memperlihatkan surat-surat yang belum sempat diteken gubernur pada pertemuan sebelumnya.

Ketika korban mengambil pena untuk meneken dokumen itu ke mobilnya, sekembalinya ke dalam rumah pembantu Annas mengarahkannya untuk naik ke lantai atas.

Dalam pertemuan itu, Annas mengeluarkan uang Rp10 juta dari kaus kakinya yang katanya untuk keperluan acara yang sedang digagas Wide.

Saat korban hendak pamit, Annas mendekatinya sembari mengatakan ada rumah kosong di belakang rumahnya.

Korban yang penasaran dengan maksud sang gubernur kemudian diajak oleh Annas ke sebuah kamar yang berada di atas tangga sebelah kiri ruangan. korban mengaku tidak ada perasaan apa pun karena mengira Annas akan menjelaskan masalah kamar kosong itu.

Namun, setelah keduanya di dalam kamar, Annas langsung membuka resleting celananya. Korban mengaku terkejut namun tangan kanannya langsung ditarik oleh Annas dengan paksa dan diarahkan untuk memegang bagian terlarang tubuh gubernur.

Karena korban marasa tidak nyaman dan takut akan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak senonoh, Wide mengalihkan Annas dengan mengatakan ada orang yang naik ke lantai atas.

Ketika Annas ke luar kamar untuk memeriksanya, korban langsung mencuci tangganya di wastafel di wc kamar tersebut dan langsung ke luar kamar dan masih sempat berpapasan dengan Annas.

Annas kemudian meninggalkan Wide dengan muka masam dan hanya menjawab dengan ketus ketika Wide mohon pamit. Wide dalam surat pernyataan tersebut mengatakan perasaan ternoda terus menghantuinya karena tidak menyangka seorang gubernur tega melakukan pelecehan seksual.

Soemardi Thaher mengatakan setelah kejadian tindakan asusila tersebut muncul berbagai bentuk tindakan Annas Maamun lainnya sebagai upaya menutupi kasus tersebut, namun hal itu malah memperkuat bukti bahwa tindakan asusila itu benar adanya.

Soemardi mengatakan Wide memiliki rekaman pembicaraan telepon dengan Annas yang mengatakan ada orang yang mengaku meminta uang Rp4 miliar ke gubernur dengan mengancam kasus ini akan dibuka ke publik.

"Kasus ini dibiaskan menjadi kasus pemerasan dan unsur politik untuk menjatuhkan gubernur. Tapi itu akal-akalan dia (Annas) saja. Kalau saya yang meminta uang itu, laporkan saya kepada polisi. Atau kalau Wide yang meminta, polisikan saja dia," tegas Soemardi.

Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar belum membalas ketika dihubungi Antara lewat sambungan telepon untuk mengonfirmasi laporan terhadap Gubernur Riau Annas Maamun. Sedangkan, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie ketika dihubungi telepon selulernya tidak aktif.(Ant)

Pewarta: FB Anggoro

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014