Jambi  (ANTARA Jambi) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, Musabaqoh Qira'atil Kutub (MQK) sangat penting untuk menjaga keilmuan Islam khususnya tradisi membaca kitab kuning yang merupakan warisan para ulama.

Dewasa ini, pondok pesantren mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan terkait dengan kekerasan. Padahal, di pondok santri diajarkan dengan berbagai ilmu yang mengedepankan paham rahmatan lil alamin, katanya saat memberi sambutan pada pembukaan MQK nasional kelima di Seberang Kota Jambi, Rabu.

Pembukaan MQK berlangsung meriah ditandai dengan pemukulan bedug dan warna-warni peserta defile berpakaian daerah dengan dihadiri seluruh kepala Kakanwil Kementerian Agama di Indonesia.

Acara MQK tersebut berlangsung di Pondok Pesantren As'ad, Olak Kemang, Jambi Seberang dengan dihadiri Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka perhelatan akbar dua tahunan tersebut dengan memukul bedug.

Pondok pesantren sekarang ini memasuki fase menggembirakan, lantaran dari sisi regulasi diakui sebagai lembaga pendidikan bercorak keagamaan dan memiliki kesetaraan dengan program dan ajaran dengan lembaga pendidikan lainnya secara nasional.

Pemerintah pun mengakui peran besar dari pondok pesantren. Banyak tokoh ulama seperti KH Hasyim Azhari, Wahid Hasyim, Gus Dur dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak bisa dipisahkan dari kehadiran lembaga pendidikan pondok pesantren. Kini pondok pesantren menjadi harapan besar ke depan.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan berasrama, santri dilatih dengan berbagai ilmu pengetahuan selama 24 jam dibawah bimbingan ustadz dan seorang kiai. Kini secara bertahap pondok pesantren mengalami perubahan dengan tak lagi bercorak persorangan, tetapi kolektif.

Pimpinan seorang kiai berangusur berubah menjadi kolektif tanpa mengubah tradisi mengaji dan membaca kitab kuning. Menteri berharap trandisi yang merupakan warisan ulama tersebut hendaknya dapat terus dapat terpelihara.

MQK Tingkat Nasional kelima di Jambi ini merupakan lanjutan dari kegiatan dua tahunan yang pernah dilakukan sebelumnya. MQK pertama digelar di Pesantren Al-Falah Bandung (2004), kedua di Pesantren Lirboyo Kediri (2006), ketiga di PP Al Falah Banjarbaru, Kalimantan Selatan (2008), dan yang keempat di PP Darunnnahdlatain Oancor NTB (2011).

MQK kelima ini diikuti 1.564  peserta dari 33 provinsi dengan tiga katagori peserta (marhalah), yakni peserta "Ula" (usia maksimal 14 tahun), "Wustha" (usia maksimal 17 tahun) dan "Ulya" (usia maksimal 20 tahun).

Gubernur Jambi Hasan Basri Agus menyatakan kegiatan ini tidak sekedar sebagai ajang meningkatkan pengetahuan para peserta tetapi juga sebagai silaturahim.

Jambi bersyukur ditunjuk sebagain tuan rumah acara tersebut. Jambi beberapa tahun silam juga dikenal sebagai kota santri dan banyak di antaranya kini bertebaran dan mengabdi di berbagai bidang.

Acara ini adalah penting sebagai ajang melestarikan ajaran ulama, mentradisikan membaca kitab kuning. Sekaligus juga mendorong pemberantasan buta aksara Al Quran, tutur Hasan Basri.

Sementara itu, Kakanwil Kemenag Jambi Mahbub Daryanto menyampaikan terima kasihnya kepada seluruh pihak yang mendukung lancarnya kegiatan MQK ini. "Semoga pesantren kita semakin maju," ucap Mahbub.(Ant)

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014