Jambi (ANTARA Jambi) - Para pemandu Gunung Kerinci, Provinsi Jambi, mengeluh karena terlalu lama penutupan jalur pendakian ke gunung api tertinggi di Indonesia itu.
"Kami menganggur sejak tiga bulan ditutupnya jalur pendakian itu sehingga menganggu pendapatan sebagai pemandu," kata anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia Provinsi Jambi Apel Tridoni di Jambi, Senin.
Namun, ia berharap batas waktu penutupan jalur pendakian menuju puncak Gunung Kerinci itu bisa segera berakhir.
Sebelumnya dilaporkan pihak Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Pos Pemantau Gunung Kerinci menutup jalur pendakian bagi masyarakat karena cuaca ektrem di kawasan gunung tersebut.
''Harapan kita agar batas waktu penutupan pada Maret nanti tidak diperpanjang lagi, dan aktivitas pendakian wisatawan yang berkeinginan menikmati keindahan alam Gunung Kerinci bisa normal kembali," katanya menjelaskan.
Dikatakan dia, penutupan jalur sudah berlangsung selama dua bulan semenjak Desember 2014, dan sesuai batas akhir yang di tetapkan maka pada Maret sudah kembali dibuka untuk pendakian.
Namun dia mengakui penutupan jalur pendakian ke Gunung Kerinci itu bertujuan untuk keselamatan bagi para pendaki bahkan juga pemandu dan porter tersebut masih bisa diterima dan dimaklumi.
''Kita sangat memahami dan memaklumi alasan pentupan sementara jalur pendakian ini dikarenakan pertimbangan keselamatan pendaki, apalagi saat ini gunung Kerinci berstatus siaga ditambah situasi dan kondisi cuaca ekstrem, tapi kita akan rugi jika situasi itu terus berkelanjutan,'' jelasnya.
Cuaca ekstrem di Gunung Kerinci terjadi sejak Oktober 2014, dan beresiko, apalagi pada akhir tahun lalu terjadi satu kasus yakni hilangnya seorang pendaki yakni Maulana asal Bekasi dan korban hingga kini belum ditemukan.
''Cuaca di puncak memang sangat ekstrem sering memburuk, seketika sering terjadi gumpalan awan hitam tebal yang kerap disertai badai," kata Apel menjelaskan.
Selama aktifitas pendakian terhenti, para pemandu juga merasakan kerugian karena biasanya mereka bisa memandu tiga hingga lima kali dalam sebulan dengan tarif Rp350 ribu per pendakian. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015
"Kami menganggur sejak tiga bulan ditutupnya jalur pendakian itu sehingga menganggu pendapatan sebagai pemandu," kata anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia Provinsi Jambi Apel Tridoni di Jambi, Senin.
Namun, ia berharap batas waktu penutupan jalur pendakian menuju puncak Gunung Kerinci itu bisa segera berakhir.
Sebelumnya dilaporkan pihak Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Pos Pemantau Gunung Kerinci menutup jalur pendakian bagi masyarakat karena cuaca ektrem di kawasan gunung tersebut.
''Harapan kita agar batas waktu penutupan pada Maret nanti tidak diperpanjang lagi, dan aktivitas pendakian wisatawan yang berkeinginan menikmati keindahan alam Gunung Kerinci bisa normal kembali," katanya menjelaskan.
Dikatakan dia, penutupan jalur sudah berlangsung selama dua bulan semenjak Desember 2014, dan sesuai batas akhir yang di tetapkan maka pada Maret sudah kembali dibuka untuk pendakian.
Namun dia mengakui penutupan jalur pendakian ke Gunung Kerinci itu bertujuan untuk keselamatan bagi para pendaki bahkan juga pemandu dan porter tersebut masih bisa diterima dan dimaklumi.
''Kita sangat memahami dan memaklumi alasan pentupan sementara jalur pendakian ini dikarenakan pertimbangan keselamatan pendaki, apalagi saat ini gunung Kerinci berstatus siaga ditambah situasi dan kondisi cuaca ekstrem, tapi kita akan rugi jika situasi itu terus berkelanjutan,'' jelasnya.
Cuaca ekstrem di Gunung Kerinci terjadi sejak Oktober 2014, dan beresiko, apalagi pada akhir tahun lalu terjadi satu kasus yakni hilangnya seorang pendaki yakni Maulana asal Bekasi dan korban hingga kini belum ditemukan.
''Cuaca di puncak memang sangat ekstrem sering memburuk, seketika sering terjadi gumpalan awan hitam tebal yang kerap disertai badai," kata Apel menjelaskan.
Selama aktifitas pendakian terhenti, para pemandu juga merasakan kerugian karena biasanya mereka bisa memandu tiga hingga lima kali dalam sebulan dengan tarif Rp350 ribu per pendakian. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015