Jambi (ANTARA Jambi) - Songket khas Jambi kian diminati dikalangan masyarakat luas, ini dibuktikan masih larisnya penjualan songket disalah satu toko pengrajin songket milik Cik Mia di kota Jambi.

Ketika ditemui Antara, Jumat, pemilik toko, Cik Mia mengaku tetap bersemangat menjalani usaha yang ia geluti sejak tahun 1999 itu. Bahkan sebagai pengrajin songket, dirinya sudah banyak dikenal ibu-ibu pejabat negara karena hasil tenunannya.

Dia mengatakan, songket akan banyak terjual pasca festival atau pameran-pameran budaya dan ada motif-motif baru, kesempatan itu tentu saja tidak disia-siakan wanita bernama lengkap Mania ini untuk menjajakan kerajinannya.

"Songket Jambi ini kian diminati, bukan hanya dipesan ibu-ibu di Jambi saja, tapi juga ibu-ibu di luar Provinsi Jambi, banyak memang yang menyukai songket khas Jambi ini," kata Cik Mia.

Wanita berdarah Palembang berwajah putih ini mengaku harus melewati masa pahit sebelum berkembangnya usaha yang ia tekuni. Namun dirinya tidak patah arang untuk tetap mencari nafkah dengan menjual hasil tenunanya.

"Dulu sewaktu saya menenun sendiri, untuk laku satu stel songket saja susah. Saya harus menjajakan dari butik satu ke butik yang lain, bahkan saya juga menjajakan dari rumah-kerumah, tapi saat itu peminat songket belum begitu banyak," katanya.

Namun dari tahun ke tahun usaha yang ia geluti kian berkembang hingga bisa memiliki toko songket dengan 15 pekerja tenun. Berkembangnya usaha songketnya juga disupport salah satu perusahaan BUMN dan Bank Pemerintah serta pelatihan-pelatihan yang ia jalani.

Kini, dalam satu bulan, pekerja tenun dibawah binaannya bisa menghasilkan 12-15 stel songket. Harga satu stel tergantung bahan baku dan tingkat kesulitan membuatnya.

"Kita menyediakan dari yang termurah hingga yang termahal, kalau bahan baku biasa dan membuatnya mudah kita jual dengan harga Rp1 juta hingga Rp1,5 juta. Tapi untuk bahan baku super dan tingkat kesulitannya luar biasa, songket yang dihasilkan di jual seharga Rp9-10 juta. Tapi yang jelas harganya bermacam-macam," kata Cik Mia menjelaskan.

Dalam satu bulan Cik Mia bisa menjual 5-8 stel songket dengan bermacam-macam harga, itu artinya omset Cik Mia mencapai puluhan juta perbulan.

Bermacam-macam motif asli Jambi sudah ia buat, seperti motif museum, angso duo, durian pecah, kapal sanggar, bunga duren, dan berbagai motif. Hasil itu ia pajang di lemari toko miliknya.

"Setiap hari kita harus berpikir bagaimana memperbaharui motif asli Jambi, referensi nya ya kita cari di buku-buku sejarah Jambi atau di museum-museum di Jambi," ujarnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa songket Jambi terus dipamerkan jika ada kegiatan budaya dari pemerintah Jambi, baik melalui Dekranasda Jambi maupun perusahaan donatur pembina Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jambi.

Bahkan, songket khas Jambi buatan Cik Mia pernah di pamerkan di Belanda. Sebab itu lah, Cik Mia harus selalu membuat motif baru untuk menjaga nilai jual songket yang dihasilkanya.

Songket Jambi kata Cik Mia kerap digunakan ibu-ibu diacara-acara pernikahan dan pesta-pesta pengantin, sebab tradisi memakai songket dihari bahagia itu masih dipegang masyarakat Jambi.

"Dulu songket Jambi kalau dipakai kesannya memang kaku, tapi setelah dimodifikasi songket juga bisa dipakai untuk mengahadiri pesta. Pemakai songket tetap akan merasa nyaman jika bergerak, karena hasil modifikasi bahan, songket menjadi lembut," katanya.

Songket Jambi bermotif museum Jambi pernah menjadi songket terbaik se-Indonesia saat pameran di kota Surabaya, songket yang dipamerkan itu tidak lain tidak bukan songket tenun Cik Mia sendiri.

Bahkan Ibu Wapres RI Mufidah Jusuf Kalla, saat berkunjung ke Jambi akhir bulan lalu juga sangat kagum dengan songket khas Jambi ini.(Ant)


Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Dodi Saputra


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015