Pekanbaru (ANTARA Jambi) - Sebanyak 60 muris SD Cerdas marginal Jalan Suka Karya Gg. Permata, Panam, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau  terpaksa harus belajar dalam rumah kontrakan yang dibiayai donatur.

"Kami ngontrak di sini sejak tahun 2007," kata Penanggung Jawab SD Cerdas Marginal, Pekanbaru, Mufiani, Sabtu, di Pekanbaru.

Ia menuturkan, pihaknya terpaksa mengontak sebuah rumah bulatan di Panam agar bisa tetap memberikan pendidikan bagi para murid termarginalkan.

"Kami ngontrak dengan biaya yang diupayakan sendiri dari donatur tanpa ada bantuan pemerintah," ungkapnya.

Hal ini dilakukan karena tidak juga  memiliki gedung dan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah Provinsi Riau maupun Kota Pekanbaru.

Padahal di SD Cerdas marginal ini terdapat 60 murid dari kelas 1-6 yang berasal dari keluarga tidak mampu ingin belajar dan bersekolah.

Meski di bawah binaan SDN 79 Jalan Balam, Pekanbaru, namun fasilitas yang didapat jauh jomplang dengan induknya. Mereka hanya mendapat bantuan fasilitas Ujian Nasional (UN) bagi murid kelas enam.

"Karena kami di bawah Dinas Pendidikan Provinsi, kami di gaji oleh mereka, dan dibantu alat tulis," katanya.

Sementara jelas dia, pihaknya belum pernah mendapat bantuan apapun dari Pemerintah Kota Pekanbaru, hanya dari donatur dan perusahaan yang peduli itupun jarang.

Padahal didirikannya SD marginal ini untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak Kota Pekanbaru yang terlantar, keluarga tidak mampu bahkan yang memiliki kebutuhan khusus yang masih terdapat di Pekanbaru.

Diakui dia, Pemerintah Provinsi pernah memberitahu akan menghibahkan gedung untuk digunakan bagi murid marginal, asal diwilayah itu terdapat gedung  milik pemerintah yang tidak digunakan lagi.

"Kami boleh pakai gedung pemerintah yang nganggur tapi mana ada itu ditengah kota ini," katanya.

Demikian juga solusi lainnya terang dia, Pemerintah bisa membangunkan gedung asal para guru bisa mendapatkan lahan hibah dari masyarakat.

"Disini harga tanah sudah mahal, mana ada yang bersedia menyumbang," terang dia lagi.

Namun demikian, mereka tidak putus asa, naluri mencerdaskan bangsa dan rasa sosial yang tinggi Enam guru yang mengajar di SD Cerdas marginal ini, sepakat tetap menjalankan roda pendidikan apapun caranya.

"Kalau sudah tiba waktunya membayar kontrak kami harus berupaya mencari dana bantuan dari donatur," paparnya.

Ia mengakui sebuah rumah bulatan berukuran sekitar 200 meter persegi ini dikontak senilai Rp12 juta pertahun. Terdapat enam ruangan di rumah itu yang dijadikan kelas anak-anak belajar.

Walau dengan fasilitas seadanya murid belajar lesehan, tanpa pembatas kelas yang satu dengan yang lain, namun semangat untuk  memberikan pendidikan bagi generasi bangsa yang termarginalkan ini tetap membara didiri para guru yang semuanya wanita.

Berdasarkan pengamatan antara dilapangan anak-anak yang belajar di SD Cerdas marginal ini terlihat ceria seperti kebanyakan anak lainnya yang memiliki gedung dan fasilitas bagus. Mereka sadar kemiskinan yang membuat hak mereka hanya sebatas ini. Mereka terlihat nyaman belajar, karena berasa seperti di rumah sendiri, dan lebih dekat dengan guru mambaur sebab tidak dipisah oleh ruang kelas yang besar dan berjauhan.

Fasilitas di SD Cerdas marginal  ini memang seadanya, ada satu ruangan kamar yang dijadikan ruang guru serta tempat segala dokumen sekolah, tanpa meja dan kursi.

Ada sebuah rak berukuran 2x3 berisi beberapa buku bacaan, anak-anak menyebutkan pustaka mini, di dalamnya ada beberapa buku bacaan, dongeng serta buku pelajaran. (Ant)

Pewarta:

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015