Jambi (ANTARA) - Pergelaran sastra tutur 'Senandung Jolo' dari Kabupaten Muaro Jambi yang dimainkan oleh 1.012 orang pelajar SMP meraih rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Penghargaan Rekor MURI itu diberikan secara langsung oleh Costumer Relations Manager MURI Andre Purwandono kepada Penjabat Bupati Muaro Jambi Bachyuni Deliansyah pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas ) di Muaro Jambi, Kamis.
"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muaro Jambi mendapat penghargaan Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) karena alat musik tradisional (tak benda -red) dibawakan oleh sebanyak 1.012 orang siswa dan siswi SMP se-Kabupaten Muaro Jambi," kata Pj Bupati Muaro Jambi Bachyuni Deliansyah dalam keterangan yang diterima di Jambi, Kamis.
Dia mengatakan kegiatan yang digelar secara massal ini bertujuan untuk melestarikan budaya dan seni asli Muaro Jambi.
Bachyuni mengucapkan terima kasih kepada tim MURI yang telah memberikan penghargaan kepada Pemkab Muaro Jambi. Dia berharap seluruh generasi muda di Muaro Jambi dapat melestarikan budaya dan seni Senandung Jolo ini.
"Mudah-mudahan hal ini dapat dilestarikan dan jangan sampai hilang budaya ini," katanya.
Costumer Relations Manager MURI Andre Purwandono mengapresiasi Pemkab Muaro Jambi yang telah berpartisipasi dalam pemecahan Rekor MURI ini.
Rekor ini berhasil mengangkat kembali seni budaya lokal dan menanamkan jiwa patriotisme kepada ribuan pelajar.
Senandung Jolo merupakan salah satu jenis seni vokal tradisional dari Kelurahan Tanjung, Kabupaten Muaro Jambi. Provinsi Jambi dikategorikan sebagai sastra tutur karena bentuk sajian berupa pantun diiringi alat musik gambang.
Munculnya kesenian Senandung Jolo berawal dari kebiasaan masyarakat dahulu yang sebagian besar bermata pencarian behumo (berladang) di hutan.
Gambang adalah alat musik sejenis perkusi yang terbuat dari beberapa bilah kayu. Gambang ini sebagai instrumen pertama untuk mengiringi vokal dari sebuah pantun yang diciptakan serta gong juga instrumen pertama yang berfungsi sebagai pengiring dari vokal sebuah pantun Senandung Jolo tersebut.
Sesuai dengan perkembangan zaman instrumen ini bertambah dengan menggunakan rebana siam dan gendang bermuka dua.
Penyajian Senandung Jolo ini digunakan pada saat berselang atau akan berlangsungnya perkawinan, pengukuhan adat pada hari-hari besar an berbagai acara-acar formal lainnya didaerah tersebut.
Senandung Jolo saat ini sudah jarang didengar yang disebabkan menurunnya minat dan kecintaan anak-anak terhadap kesenian itu.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muaro Jambi Firdaus berharap dengan melibatkan ribuan pelajar SMP bermain Senandung Jolo secara massal ini dapat memberikan motivasi bagi siswa lainnya untuk mengembangkan dan melestarikan budaya lokal Jambi ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sastra tutur Senandung Jolo Muaro Jambi raih rekor MURI
Sastra tutur Senandung Jolo Muaro Jambi raih rekor MURI setelah libatkan seribu siswa
Kamis, 2 Mei 2024 21:11 WIB