Jambi (ANTARA Jambi) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi mencatat produksi kedelai Jambi pada 2015 sebanyak 6.732 ton biji kering atau mengalami penurunan 68 ton biji kering atau 0,99 persen dibanding 2014.
"Penurunan ini disebabkan karena menurunnya luas panen kedelai seluas 382 hektar atau 7,22 persen sedangkan untuk produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,86 kuintal per hektare atau 6,71 persen," kata BPS Jambi Dadang Hardiwan di Jambi, Senin.
Penurunan produksi kedelai Jambi tahun 2015 sebanyak 68 ton atau 0,99 persen terjadi pada subround September hingga Desember sebesar 1.353 ton (62,05 persen) sementara pada subround Januari hingga April dan subround Mei hingga Agustus terjadi kenaikan produksi masing-masing sebanyak 251 ton (14,00 persen) dan 1.034 ton (36,58 persen) dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama 2014.
BPS Jambi juga mencatat untuk perkembangan produksi kedelai selama tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi, yang mana pada 2013 produksi hanya mencapai 2.372 ton biji kering, kemudian 2014 produksi sebesar 6.800 ton biji kering atau mengalami peningkatan sebesar 186,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan produksi kedelai nasional sebesar 0,70 persen sedikit menurun dibandingkan kontribusi 2014 yang sebesar 0,71 persen, namun tetap meningkat dibanding kontribusi pada 2013 yang hanya mencapai 0,30 persen.
Sedangkan kontribusi untuk Pulau Sumatera terhadap produksi kedelai nasional pada tahun 2015 sebesar 9,94 persen dan lebih dari 50 persen kontribusi produksi kedelai nasional dihasilkan oleh Pulau Jawa.
Sementara itu untuk pola panen kedelai berbeda dengan pola panen padi dan jagung, dimana pada pola panen kedelai biasanya luas panen tertinggi terjadi pada subround II atau pada Mei hingga Agustus.
Sehingga ketiga tanaman tersebut yakni padi, jagung dan kedelai mempunyai luas panen tertinggi tidak ada yang sama. Pola panen kedelai 2015 panen tertinggi tetap pada subround II, sesuai dengan pola panen 2013 dan 2014.
Dadang mengatakan pada pola panen kedelai 2015 terlihat bahwa luas panen tertinggi pada subround II, karena adanya pergeseran masa tanam, sebagaimana diketahui penanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh cuaca dan ketersediaan benih atau penyaluran bantuan benih.
Pada 2015 regulasi pada program bantuan benih dapat dipercepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana bantuan benih dapat terealisasi pada awal tahun sehingga petani dapat menanam kedelai lebih cepat dan sesuai masa tanamnya.
"Namun musim kemarau datang lebih awal dan berakhir lebih lama (kemarau lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya) yang berakibat pada luas panen subround III mengalami penurunan," kata Dadang Hardiwan. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016
"Penurunan ini disebabkan karena menurunnya luas panen kedelai seluas 382 hektar atau 7,22 persen sedangkan untuk produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,86 kuintal per hektare atau 6,71 persen," kata BPS Jambi Dadang Hardiwan di Jambi, Senin.
Penurunan produksi kedelai Jambi tahun 2015 sebanyak 68 ton atau 0,99 persen terjadi pada subround September hingga Desember sebesar 1.353 ton (62,05 persen) sementara pada subround Januari hingga April dan subround Mei hingga Agustus terjadi kenaikan produksi masing-masing sebanyak 251 ton (14,00 persen) dan 1.034 ton (36,58 persen) dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama 2014.
BPS Jambi juga mencatat untuk perkembangan produksi kedelai selama tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi, yang mana pada 2013 produksi hanya mencapai 2.372 ton biji kering, kemudian 2014 produksi sebesar 6.800 ton biji kering atau mengalami peningkatan sebesar 186,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan produksi kedelai nasional sebesar 0,70 persen sedikit menurun dibandingkan kontribusi 2014 yang sebesar 0,71 persen, namun tetap meningkat dibanding kontribusi pada 2013 yang hanya mencapai 0,30 persen.
Sedangkan kontribusi untuk Pulau Sumatera terhadap produksi kedelai nasional pada tahun 2015 sebesar 9,94 persen dan lebih dari 50 persen kontribusi produksi kedelai nasional dihasilkan oleh Pulau Jawa.
Sementara itu untuk pola panen kedelai berbeda dengan pola panen padi dan jagung, dimana pada pola panen kedelai biasanya luas panen tertinggi terjadi pada subround II atau pada Mei hingga Agustus.
Sehingga ketiga tanaman tersebut yakni padi, jagung dan kedelai mempunyai luas panen tertinggi tidak ada yang sama. Pola panen kedelai 2015 panen tertinggi tetap pada subround II, sesuai dengan pola panen 2013 dan 2014.
Dadang mengatakan pada pola panen kedelai 2015 terlihat bahwa luas panen tertinggi pada subround II, karena adanya pergeseran masa tanam, sebagaimana diketahui penanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh cuaca dan ketersediaan benih atau penyaluran bantuan benih.
Pada 2015 regulasi pada program bantuan benih dapat dipercepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana bantuan benih dapat terealisasi pada awal tahun sehingga petani dapat menanam kedelai lebih cepat dan sesuai masa tanamnya.
"Namun musim kemarau datang lebih awal dan berakhir lebih lama (kemarau lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya) yang berakibat pada luas panen subround III mengalami penurunan," kata Dadang Hardiwan. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016