Jakarta, Antarajambi.com - Krisna Wahyu Nurachmad ditemukan dalam keadaan tak bernyawa pada Jumat, 31 Maret. Polisi kemudian menyatakan bahwa siswa Kelas X SMA Taruna Nusantara itu dibunuh oleh rekan satu baraknya, AMR, yang berusia 16 tahun.

Menurut polisi AMR sakit hati karena korban mengetahui dia mencuri uang dan memperingatkannya, dan menolak permintaannya mengurus telepon seluler yang disita.

Peristiwa itu membawa selubung duka mendalam bagi
keluarga Krisna. Paman Krisna, Brigadir Jenderal TNI Dudung Abdurachman, yang menjabat sebagai Staf Khusus KASAD, bertutur mengenai keponakannya yang biasa dipanggil Eno itu kepada ANTARA News.


Kapan terakhir Bapak bertemu Krisna?

Saya ketemu Krisna, tiga bulan yang lalu, waktu dia cuti. Sebetulnya hari Jumat ini kan mereka cuti. Dia dari kecil, SD, tinggal sama mbah-nya di Jakarta.

Rumah yang di Bandung ditempati ibunya, kakaknya. Di atas Eno, ada dua orang yang perempuan dan kakaknya yang besar. Eno tinggal sama Reyhan. Eno akrab dengan keluarga.


Krisna sehari-hari seperti apa?

Dia itu kalem, pintar, tetapi kritis untuk berbagai hal. Kalau ada hal-hal yang salah itu dia langsung spontan memberitahu. Makanya, waktu pelaku mencuri uang, dia langsung mengingatkan.

Eno itu saksi kunci. Kan memang mau ada pemeriksaan dari guru soal pencurian, nama pelaku itu ada, dia dicurigai. Yang pernah lihat mencuri tabungan itu ya Eno itu.

Rupanya pelaku enggak terima. Kalau masalah handphone, dulu pernah dipinjam sama Eno, itu sudah lama banget. Beberapa bulan lalu.


Apa impian Krisna semasa hidup?

Kakaknya dari SMA Taruna Nusantara, dia ingin masuk situ juga, meneruskan cita-cita orangtuanya. Dulu sih cita-citanya mau masuk Akpol.


Apakah Krisna pernah punya masalah dengan temannya?

Selama sekolah tidak pernah ada masalah dengan temannya.


Krisna pernah bercerita pada keluarga soal AMR?

Eno cerita pada ibunya, kalau suka ada yang mencuri.


Keluarga mengenal sosok AMR atau pernah bertemu?

Tidak pernah sama sekali. Belum pernah bertemu hingga saat ini.


Apakah keluarga AMR pernah menemui keluarga korban, untuk meminta maaf misalnya?

Belum pernah sejauh ini. Saya heran, tidak ada iktikad baik. SMS kek meminta maaf. Dulu, ayah AMR itu atasan saya, di Angkatan Darat. Jenderal Bintang Dua.

Kami kenal dekat. Ayah pelaku, seangkatan dengan ayah korban (Brigjen TNI (Purn) Kartoto).


Ada kekhwatiran keluarga proses peradilan tak berjalan sebagaimana mestinya karena ayah pelaku pejabat tinggi militer?

Saya akan kawal perkembangan. Enggak ada ceritanya walau dia anak jenderal, keadilan harus ditegakkan. Ini pembunuhannya berencana.


Bagaimana kondisi ibu Krisna setelah kejadian ini?

Lebih tenang. Waktu awal kejadian syok banget. Pagi-pagi ditelepon dari Magelang kalau Eno tuh wafat. Kan kaget baru bangun tidur. Enggak percaya. Dikiranya sakit. Rupanya dibunuh.


Pewarta: Lia Wanadriani Santosa

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017