Jambi, Antarajambi.com - Kementerian Luar Negeri melalui Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa, mengajak peneliti Universitas Jambi (Unja) untuk membuktikan industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola secara ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Penting bagi kita untuk membuktikan industri kelapa sawit di Indonesia dikelola secara berkelanjutan dan ramah lingkungan di tengah gempuran kampanye negatif di parlemen Eropa soal industri kelapa sawit," kata Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (P2PK) Kawasan Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Leonard F. Hutabarat di Jambi, Jumat.

Dalam kuliah umumnya yang bertema "Diplomasi Indonesia dan Kepentingan Nasional Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup" itu, dihadapan mahasiswa Fakultas Kehutanan dan para akademisi Unja Leonard menjelaskan Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit yang terbesar di dunia.

Selain itu produk kelapa sawit Indonesia seperti Curd Palm Oil (CPO) juga diekspor di sejumlah negara besar, seperti India, Tiongkok, Amerika dan Jepang.

"Apa betul sawit itu merusak lingkungan, menganggu biodversity, apa betul industri perkebunan kelapa sawit memperkerjakan anak, sehingga mari kita bersama yang kita lakukan dengan Unja ini membuktikan secara akademis dan berdasarkan penelitian yang konkrit," katanya.

Selain membuktikan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia itu ramah lingkungan dan memenuhi aspek, juga dibutuhkan kebijakan dan diplomasi yang ditekankan pada bidang ekonomi yang strategis dan untuk kepentingan nasional.

"Pada diplomasi bidang ekonomi ini ada hal penting bagi kita. Pertama terkait kepentingan nasional kita, terhadap tenaga kerja Indonesia, sehingga bila ekonomi kita maju, maka kita punya postur ekonomi yang maju, peluang ekonomi yang saling berhubungan dengan lingkungan hidup," katanya menjelaskan.

Saat ini kelapa sawit menjadi sektor strategis Indonesia. Selain itu sektor kelapa sawit juga menyerap lebih dari lima juta tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah-wilayah pinggiran.

Selama ini, negara-negara Uni Eropa dan Amerika menyoroti tata kelola perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Namun permintaan minyak sawit dari kedua kawasan tersebut terus meningkat. Pada semester I tahun 2017, ekspor ke Uni Eropa mencapai 2,7 juta ton atau meningkat 42 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,9 juta ton.


Pewarta: Gresi Plasmanto

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017