Jambi, Antarjambi.com - Dialog Publik yang digelar LPP RRI Jambi, Jumat, membahas tentang memaknai kebersamaan dan keberagaman di daerah itu yang terus terjaga sehingga situasi di provinsi ini tetap kondusif.

Dialog yang digelar di auditorium LPP RRI dalam rangkaian memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober itu menghadirkan empat narasumber. Yakni Dewan Pengawas RRI, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN), Kepala Dinas Kominfo Provinsi Jambi dan Praktisi Budaya Jambi.

Rektor UIN Jambi, Hadri Hasan dalam paparanya mengatakan masyarakat Jambi sejak jaman kolonial sudah welcome terhadap warga pendatang, sebab itu di Jambi keberagaman bukan hal yang sulit.

"Dalam sejarah Jambi adalah provinsi teraman, itu salah satunya disebabkan masyarakat Jambi penduduk asalnya muslim. Jadi umat muslim diminta untuk tidak harus memandang siapa yang datang karena masyarakat Jambi menganggap siap saja sama adalah ciptaan tuhan. Jambi bisa menjadi contoh provinsi lain," kata Rektor.

Hadri Hasan mengatakan peran generasi muda Jambi terutama di perguruan tinggi terkait keberagaman tetap aman-aman saja.

Namun pihaknya tetap memberikan wawasan kepada mahasiswa terutama terkait Pancasila, pihaknya sepakat bersatu merawat NKRI.

Kepala Dinas Kominfo Provinsi Jambi, Nurachmat Herlambang, mengatakan sejak dulu Indonesia sudah beragama suku, agama rasa dan golongan. Itu diperkuat dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

"Indonesia ini beragam, tidak bisa satu suku menguasai suku lain," kata Herlambamng.

Khusus di Jambi, katanya, keberagaman bukanlah menjadi ancaman dalam upaya memecah bela NKRI. Namun digitalisasi patut diwaspadai karena bisa membuat sesamaa saudara berperang dalam sekejap.

"Ancaman itu tidak hanya dari segi militer, tapi digitalisasi yang membuat kita hidup mudah dan murah bisa membuat kita berperang dengan saudara kita sendiri. Jadi kita harus berupaya bagaimana kita memanfaatkan media sosial dengan bijak," katanya menjelaskan.

Herlambang juga mengajak semua masyarakat Jambi untuk tetap merawat dan menjaga keberagaman. Jika itu tetap terlaksana maka pembangunan daerah katanya dapat dilaksanakan dengan baik.

Praktisi Budaya Jambi, Lukman dalam paparannya mengatakan Jambi sudah dibangun dengan pondasi keberagaman. Dimana sejak dulu sudah ada Suku Bathin, Suku Kerinci dan suku lainnya yang hidup berdampingan.

"Suku-suku di Jambi bermukim dipinggiran sungai dengan pintu menghadap ke sungai, itu artinya menandakan orang Jambi menerima orang luar tanpa memikirkan hal yang akan terjadi," kata Lukman.

Menurutnya keberagaman di Jambi bukanlah hal yang menakutkan tetapi indah. Itu terbukti dengan hampir tidak adanya konflik antar suku, agama ras dan golongan.

"Kalau pun ada, itu diselesaikan secara adat dan langsung bisa diselesaikan," katanya.

Lukman mengatakan dengan keberagamaan itu memberi ruang untuk kita saling menghormati sesama etnis suku. Dengan demikian suatu daerah tidak ada intoleran dan radikalisme.

Sementara Dewan Pengawas RRI, Frederik Ndolu menilai kebaragaman di Jambi bisa menjadi contoh untuk provinsi lain. Dimana hingga saat ini Jambi masih dikategorikan provinsi teraman.

"Dari sekarang tunjukan, rawat dan jaga serta pertahankan keberagamaan. Jambi bisa menjadi model untuk daerah lain dalam mengimplementasikan Pancasila," kata Fredik.

Sementara itu, Kepala LPP RRI Jambi, Rasman mengatakan dialog publik dengan tema memaknai kebersamaan dan kebergaman Jambi itu dimaksudkan untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan.

"Tema ini ditujukan sebagai menjaga kedamaian yakni untuk rasa persatuan dan kesatuan terutama di Jambi," kata Rasman.


Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017