Kementerian BUMN RI telah mensahkan secara resmi beroperasinya Holding Farmasi di awal tahun 2020.

Holding farmasi ini, terdiri dari tiga perusahaan BUMN farmasi yaitu; Bio Farma sebagai induk holding, yang sahamnya masih dimiliki 100% oleh pemerintah, beranggotakan PT Kimia Farma  Tbk dan PT Indofarma Tbk.

Dasar penetapan dan pengesahan Bio Farma sebagai induk holding BUMN farmasi, adalah dengan telah keluarnya surat persetujuan dari Menteri BUMN selaku RUPS yang menyetujui pengalihan seluruh saham seri B milik Negara Republik Indonesia pada Kimia Farma maupun Indofarma ke PT Bio Farma (Persero).

Surat persetujuan Menteri BUMN tersebut merupakan tahap akhir dari serangkaian proses pembentukan holding yang telah dilalui sejak diterbitkannya  PP No.76 yang di tandatangani oleh Presiden Jokowi pada tanggal 15 Oktober 2019 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham perusahaan perseroan (persero) PT Bio Farma. 

Jumlah saham Seri B yang dialihkan ke Bio Farma adalah 4.999.999.999 lembar saham PT Kimia Farma dan 2.499.999.999 lembar saham PT Indonesia Farma yang seluruhnya senilai Rp12,479 triliun.

Munculnya inisiatif pembentukan holding farmasi ini antara lain dilatar belakangi oleh, tren sektor kesehatan global dan baik di negara berkembang maupun negara maju, yang memerlukan suatu solusi yang lebih menyeluruh bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang terbaik. Hal ini sejalan dengan tren kesehatan dimasa yang akan datang, industri kesehatan tidak hanya terbatas pada pengobatan dan pencegahan saja, melainkan sudah mulai merambah kepada pelayanan kesahatan, termasuk pembiayaan melalui asuransi kesehatan.

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, bahwa tujuan dari pembentukan holding farmasi ini adalah untuk memperkuat kemandirian industri farmasi nasional, meningkatkan ketersediaan produk, dengan menciptakan inovasi bersama dalam penyediaan produk farmasi. 

“Sinergi dari tiga BUMN yang tergabung dalam holding farmasi ini, dapat menurunkan impor bahan baku farmasi atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) dimana saat ini lebih dari dari 90% bahan impor farmasi masih diimpor dari luar negeri, dan kemudian dengan adanya holding ini, diharapkan produk farmasi dapat tersebar secara merata ke seluruh pelosok negeri, dan inovasi dari anggota holding farmasi untuk menciptakan suatu produk baru”, ujar Honesti.

Adapun Bio Farma, selain sebagai Holding Company, tetap fokus pada core bisnis utama saat ini yaitu sebagai produsen vaksin dan antisera, dengan adanya manajemen tersendiri yang fokus kepada sektor tersebut sebagai operating holding. 

Honesti menambahkan tujuan lain dari pembentukan holding ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan kepastian ketersediaan supply bahan baku, sehingga akan dihasilkan harga produk yang terjangkau, yang akan meningkatkan skala bisnis dan pembentukan holding BUMN farmasi ini merupakan milestone dalam rangka pembentukan ekosistem Healthcare di Indonesia, sehingga dari hulu ke hilirnya dapat dikelola semua dengan baik.

Sinergi Setelah Holding

Setelah holding farmasi ini terbentuk, dalam jangka pendek, holding BUMN farmasi akan tetap melakukan pemenuhan regulasi dari otoritas berwenang untuk aspek yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan hal lainnya.

Honesti menegaskan “Holding BUMN Farmasi  dengan keunggulannya masing – masing, akan saling membantu satu sama lain dan bersinergi, seperti contohnya, Bio Farma sebagai induk perusahaan, akan mendorong Kimia Farma dan Indofarma, untuk dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), mengingat sebagian besar produk Bio Farma sudah memiliki standarisasi WHO. Kemudian Bio Farma juga akan mendorong Kimia Farma dan Indofarma untuk masuk ke pasar global, dan yang terpenting kami semua akan bersinergi dengan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi untuk menciptakan produk inovasi farmasi nasional”.
 

Pewarta: Syarif Abdullah

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020