Seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (Kementan) pada pertemuan rutin Kostratani seluruh Indoneisa bahwa saat ini pejuang melawan Covid-19 bukan hanya dokter, perawat dan tenaga medis.

"Tapi juga seluruh insan pertanian yang bahu membahu menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat. Pertanian tidak boleh berhenti apapun yang terjadi” ujar Dedi Nursyamsi, Jumat (8/5).

Seluruh wilayah pertanian di Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan kegiatan panen, salah satunya di Desa Siulak Kecil Hilir Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
 
“Kita sedang bantu petani panen cabai merah” kata PPL setempat, Wibi Admimunis saat dimintai keterangan.

Berdasarkan data dari BPP Kecamatan Siulak bahwa banyak petani yang menanami lahannya dengan tanaman cabai sejak tahun lalu.

“Harapan petani kita awalnya agar harga mahal saat dijual, terutama saat panen di Bulan Puasa, biasanya harga cabai di bulan puasa tinggi” jelas Suhermanto, Koordinator BPP tersebut.

Memang saat ini harga cabai menurun drastis,tidak hanya karena pandemic Covid-19 namun juga melimpahnya hasil cabai yang dipanen dan dijual di pasaran.

“Harga jual benar-benar tidak seimbang dengan biaya produksi, kita rugi” ungkap Decit Trayana, Ketua Kelompok Tani Garuda.

Petani milenial yang berusia 36 tahun ini mengatakan bahwa dengan luasan lahan yang digarap seluas 0.5 ha yang ditanami cabai merah, hasil panen hanya 500 kg/ha atau setara 1 ton/ha seharusnya produktivitas cabai merah bisa mencapai 9-12 ton/ha.

“Iya kita hanya menggunakan varietas lokal Kerinci, seharusnya lebih tahan terhadap hama dan penyakit, namun tidak seperti itu yang ditemukan di lapangan sehingga produksi rendah. Tidak hanya itu, harga Cuma Rp8.000 per kg, padahal sebelumnya harga jual sampai Rp40.000 pe kg,” tambahnya

Di kesempatan lain, saat dimintai pendapat dari pemerintah setempat, memang benar yang disampaikan dengan kondisi yang ada, Saat berdiskusi dengan petani cabai,  karena harga jual sangat anjlok.

Untuk upah panen saja sudah Rp3.000 per kg sedangkan harga di pasar cuma Rp8.000 per kg, belum lagi pengeluaran untuk biaya produksi lainnya.

"Kita belum bisa mensiasati harga jika panen melimpah seperti sekarang ini” kata Radius Halis, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kerinci.

“Triknya ke depan diharapkan petani cabai mampu mengatur jadwal tanam dan panen sehingga dapat memenuhi kebutuhan saat harga anjlok” tutupnya. (Lilian/Bapeltan Jambi)

Pewarta: Lilian/Bapeltan Jambi

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020