Usaha rintisan pengelolaan daur ulang sampah melalui pemanfatan aplikasi, Mountrash, dapat memberikan solusi kepada masyarakat untuk tetap memperoleh penghasilan di tengah lesunya aktivitas perekonomian akibat pandemi COVID-19.
Gideon Widjaja mengatakan bahwa wabah COVID-19 telah menurunkan aktivitas perekonomian. Bahkan, menurut dia, tidak sedikit karyawan yang dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca juga: Perusahaan daur ulang ini dapat dana tanggulangi sampah plastik
Di sisi lain, aktivitas bekerja dari rumah (work from home/WFH) di Jabodetabek telah meningkatkan volume sampah rumah tangga. Peningkatan jumlah sampah rumah tangga itu, kata dia, dapat menjadi peluang bagi semua pihak untuk menambah penghasilan melalui aplikasi Mountrash.
Gideon menjelaskan bahwa semua jenis sampah, seperti plastik, kardus, kertas, besi, kaca, dan lainnya yang dapat didaur ulang dapat dikonversikan menjadi uang melalui Mountrash.
Pengguna internet hanya perlu membuka Playstore, kemudian memasukkan nomor telepon seluler, memilih fitur jual dengan memasukkan item barang yang dijual, misal sampah plastik dan kardus. Selanjutnya, pilih sent data tersebut sampai muncul barcode dan screenshot barcode untuk dikirim melalui nomor WhatsApp Mountras 082210108789. Selanjutnya, Mountrash akan melakukan penjemputan sampah tersebut.
"Setelah dijemput dan barcode discan petugas kami, maka saldo Anda bertambah dan bisa lanjut isi kuota untuk mendaftar Kartu Prakerja, Zooming buat meeting, belajar, WFH, atau aktivitas lainnya," ujarnya.
Baca juga: Aliansi Zero Waste: swasta lebih inovatif gunakan kemasan daur ulang
Gideon menambahkan bahwa bagi para pekerja yang terkena PHK dan ingin mendaftar Kartu Prakerja, bisa menukarkan sampah dengan kuota internet melalui aplikasi Mountrash sehingga bisa memperlancar aktivitas pendaftaran Kartu Prakerja.
"Jadi kami secara tidak langsung mendukung solusi mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19. Mountrash menjadi bagian dari solusi bangsa untuk mengatasi berbagai persoalan, termasuk bersinergi dengan Kartu Prakerja dan manajemen pengeloaan sampah secara digital," ujarnya.
Selain dapat menambah penghasilan di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini, setiap rumah tangga juga dapat berpartisipasi mengurangi sampah plastik. "Sudah menambah penghasilan, mereka juga bisa berpartisipasi dalam mengurangi sampah plastik," ujar lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Secara terpisah, Waki Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia (ADUPI) Justin Wiganda menjelaskan bahwa selama pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah, terjadi perubahan jumlah dan lokasi sampah plastik.
"Bekerja dari rumah, selain itu perkantoran, ritel, mal, restoran, toko-toko banyak tidak beroperasi sehingga terjadi pergeseran sampah. Selain itu, bahan baku daur ulang berubah secara volume, kualitas, dan lokasi," katanya.
Dia berharap agar kondisi berangsur normal setelah Lebaran sehingga industri daur ulang bisa beraktivitas kembali secara normal.
Sepudin Zuhri, pemilik Alala Recycling, pengolahan sampah plastik jenis polyethylene terephtalate (PET) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menilai terjadi pergeseran lokasi sampah selama pandemi COVID-19 karena terjadi perubahan aktivitas, yaitu tetap tinggal di rumah atau bekerja dari rumah.
"Saat kondisi normal, sampah plastik banyak berasal dari perkantoran, mal, restoran, hotel, dan lainnya. Namun, sekarang banyak perkantoran yang tutup karena bekerja dari rumah sehingga sampah plastik justru banyak berasal dari rumah tangga," ujarnya.
Menurut Sepudin, kondisi saat ini bisa menjadi momentum untuk edukasi memilah sampah dari rumah tangga sehingga memudahkan proses daur ulang. "Jika sampah sudah dipilah dari rumah tangga, biaya daur ulang akan lebih efisien karena sampah plastik tidak tercampur dengan jenis sampah lainnya sehingga lebih bersih," katanya.
Selain memilah, kata Sepudin, setiap rumah tangga dapat menjual sampah plastik melalui aplikasi digital seperti Mountrash sehingga menambah pemasukan keluarga di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Olefin, Aromatik & Plastik Indonesia (Inaplas), volume sampah plastik di Indonesia pada 2017 sebanyak 5,76 juta ton. Sampah plastik itu terdiri atas daur ulang 1,66 juta ton, impor 1,79 juta ton, dan produksi dalam negeri 2,31 juta ton. Berdasarkan data Inaplas, konsumsi plastik di Indonesia akan terus meningkat dengan proyeksi pada 2030 naik menjadi 11,07 juta ton dari 2017 sebanyak 5,76 juta ton.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020