Bisnis "dropship" saat ini banyak diminati oleh masyarakat salah satu alasannya bisnis ini dapat dijalankan tanpa modal atau dengan modal yang minim. Kalangan mahasiswa banyak yang memanfaatkan bisnis dropship ini sebagai tambahan penghasilan.
Seperti yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Jambi, Nurul Khoirotul Hijriah yang sudah menjalankan bisnis dropship sejak pandemi COVID datang. Dirinya mengatakan sejak menjadi dropshipper (sebutan untuk pebisnis dropship) dirinya dapat menambah penghasilan tanpa harus mengeluarkan modal dan menyetok barang dagangannya.
“Saya memulai dropshipping sejak pandemi COVID-19 , awalnya saya menjadi reseller terlebih dahulu dengan menjual kembali barang-barang yang dibeli seperti tas ataupun kosmetik ke teman-teman dekat rumah, tapi karena pandemi ini daya beli yang mulai berkurang akhirnya memutuskan untuk 'dropshipping' ," katanya, Jumat (10/9).
Nurul mengaku untuk menjadi reseller membutuhkan modal yang besar, selain itu apabila barang tidak terjual, maka barang tersebut hanya akan tertimbun dan rusak. Hal itu menjadi alasan dirinya memilih bisnis dropship.
Untuk menjual barang kembali itu butuh modal yang tidak sedikit, belum lagi barang yang tidak terjual akan tertimbun dan kemungkinan bisa rusak.
" Sedangkan dengan menjadi dropshipper saya hanya perlu modal untuk melakukan branding terhadap produk yang kerja sama dengan dan rasa percaya produsen dengan saya sebagai dropshipper”, ujarnya.
Nurul mengaku sejak menjadi dropshipper dia sudah jarang meminta uang dengan orang tuanya karena sudah memiliki penghasilan sendiri.
“Sejak jadi dropshipper saya sudah jarang minta uang jajan dengan orang tua, karena aku udah punya penghasilan sendiri”, tambahnya.
Nurul menjelaskan konsep dari dropshipper adalah pihak ketiga yang mana si pihak ketiga menghubungkan produsen atau importir dengan pelanggan. Konsep seperti ini banyak dilakukan oleh orang lain dalam mendapatkan penghasilan tambahan karena tidak memerlukan modal yang besar dan hanya perlu melakukan branding terhadap produk yang dijual.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
Seperti yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Jambi, Nurul Khoirotul Hijriah yang sudah menjalankan bisnis dropship sejak pandemi COVID datang. Dirinya mengatakan sejak menjadi dropshipper (sebutan untuk pebisnis dropship) dirinya dapat menambah penghasilan tanpa harus mengeluarkan modal dan menyetok barang dagangannya.
“Saya memulai dropshipping sejak pandemi COVID-19 , awalnya saya menjadi reseller terlebih dahulu dengan menjual kembali barang-barang yang dibeli seperti tas ataupun kosmetik ke teman-teman dekat rumah, tapi karena pandemi ini daya beli yang mulai berkurang akhirnya memutuskan untuk 'dropshipping' ," katanya, Jumat (10/9).
Nurul mengaku untuk menjadi reseller membutuhkan modal yang besar, selain itu apabila barang tidak terjual, maka barang tersebut hanya akan tertimbun dan rusak. Hal itu menjadi alasan dirinya memilih bisnis dropship.
Untuk menjual barang kembali itu butuh modal yang tidak sedikit, belum lagi barang yang tidak terjual akan tertimbun dan kemungkinan bisa rusak.
" Sedangkan dengan menjadi dropshipper saya hanya perlu modal untuk melakukan branding terhadap produk yang kerja sama dengan dan rasa percaya produsen dengan saya sebagai dropshipper”, ujarnya.
Nurul mengaku sejak menjadi dropshipper dia sudah jarang meminta uang dengan orang tuanya karena sudah memiliki penghasilan sendiri.
“Sejak jadi dropshipper saya sudah jarang minta uang jajan dengan orang tua, karena aku udah punya penghasilan sendiri”, tambahnya.
Nurul menjelaskan konsep dari dropshipper adalah pihak ketiga yang mana si pihak ketiga menghubungkan produsen atau importir dengan pelanggan. Konsep seperti ini banyak dilakukan oleh orang lain dalam mendapatkan penghasilan tambahan karena tidak memerlukan modal yang besar dan hanya perlu melakukan branding terhadap produk yang dijual.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021