Sungai yang jernih menjadi kebanggaan masyarakat yang tinggal di pinggiran Batanghari, Jambi. Tetapi, yang kini terjadi nyaris tinggal cerita dan tidak lagi asyik memancing karena nelayan dan warga sudah sangat sulit mendapatkan ikan dari sungai sepanjang 800 kilometer itu.

"Persoalannya kini sungai Batanghari ini sudah sangat kronis, hampir kehilangan marwah-nya sebagai bagian dari tata kelola hidrologi di bumi Jambi dimana semua itu terjadi akibat ulah manusia," kata Koordinator Divisi Komunikasi KKI Warsi Sukmareni.

Kerusakan Sungai Batanghari sudah terjadi sejak 40 tahun lalu ketika kawasan hutan di Provinsi Jambi diturunkan statusnya dari awalnya kawasan hutan seluas 3,8 juta hektare, kini hanya tinggal 2,1 juta hektare.

Dari kawasan tutupan ini, yang sepenuhnya hutan baik, menurut analisis citra satelit yang dilakukan unit GIS KKI Warsi hanya tinggal 900 ribu hektare atau hanya 18 persen dari wilayah Provinsi Jambi.

Perubahan tutupan hutan ini berkontribusi pada tingginya laju aliran air di permukaan tanah ketika hujan. Ini tentu menyumbang sedimen yang sangat tinggi di sungai Batanghari, sehingga terjadi pendangkalan.

Kondisi ini menyebabkan sungai sangat mudah meluap di musim hujan serta menyebabkan sungai mudah kekeringan ketika musim kemarau, karena mata air yang menuju sungai makin sedikit seiring dengan hilangnya hutan.

"Tidak hanya itu, kerusakan ekosistem di wilayah Jambi terus berlangsung, akibat belum terkendalikan aktivitas penambangan emas ilegal di alur dan sempadan sungai termasuk ke wilayah hulu," kata Sukmareni.

Data Warsi menunjukkan penambahan areal yang ditambang secara ilegal di sempadan sungai meningkat dari waktu ke waktu. Tahun 2022, areal tambang ilegal yang terdeteksi dari citra satelit Sentinel 2 mencapai 45.896 hektare, meningkat di banding tahun sebelumnya seluas 42.362 hektare.

"Penambangan emas ilegal yang menyebabkan aliran sungai Batanghari tidak pernah lagi jernih dan kehilangan biodiversitinya," lanjut Sukmareni.

Untuk memulihkan sungai Batanghari, perlu segera dilakukan pemulihan ekologi daerah tangkapan air dan sempadan sungai. Caranya dengan menertibkan seluruh penambangan emas ilegal dan yang paling penting adalah mencarikan sumber ekonomi bagi masyarakat yang selama ini telah terjerat iming-iming tambang.

Pada awalnya tambang emas ilegal itu bukanlah kegiatan masyarakat, hanya saja mereka terjebak iming-iming pemodal yang menjanjikan bagi hasil yang menggiurkan. Ini terjadi ketika harga komoditas utama masyarakat Jambi yaitu karet sangat rendah, sehingga banyak yang ambil jalan pintas untuk mengubah ekonomi mereka, termasuk menerima tawaran ilegal.

Sejati-nya masyarakat enggan untuk beralih sebagai sebagai penambang emas karena pekerjaan itu merupakan padat modal dengan penggunaan alat berat dan bahan bakar yang tidak mungkin dipenuhi jika tidak ada pemodal.

Tani kakao

Selama ini, KKI Warsi yang merupakan lembaga non profit bekerja untuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat dengan salah satu kegiatannya adalah membangun kesadaran bersama mengelola kawasan secara berkelanjutan dan mengembangkan sumber ekonomi baru.

Salah satu program berkelanjutan yang dilakukan berada di landskap Bukit Bulan Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. Daerah ini belakangan dijamah penambangan emas ilegal, bahkan sudah masuk ke wilayah hutan dan hulu-hulu sungai di daerah yang berada di hulu Sungai Limun. 

"Kita mencoba menganalisis apa yang menyebabkan masyarakat mudah tergiur, rupanya ada persoalan sumber ekonomi yang tidak terpenuhi ketika karet yang menjadi komoditi utama harganya murah,” kata Koordinator Program Warsi Emmy Primadona.

Dari diskusi yang intensif dengan masyarakat, muncul usulan untuk mencari sumber ekonomi baru, dengan nilai komoditas yang lebih stabil dari waktu ke waktu. Pilihannya adalah komoditas kakao.

Sebelumnya ada juga warga yang sudah menanam kakao tetapi belum dikelola secara baik. Berangkat dari sini, perwakilan masyarakat Bukit Bulan diajak untuk melakukan studi tiru ke kelompok tani inovasi Payakumbuh, Sumatera Barat.

"Ada sebanyak 20 orang yang diajak untuk ikut studi tiru itu dan dari sinilah masyarakat tertarik untuk melakukan budidaya kakao, ini terlihat dari masyarakat membeli sendiri bibit kakao dari kelompok inovasi ini," kata Emmy. 

Studi ini ini pun mengajak para bekas penambang emas liar. Awalnya salah satu bekas penambang ini, sempat meraih nikmat dari emas. Namun, seiring waktu muncul dampak negatif yang muncul kepada para keluarga penambang, karena penambangan dilakukan jauh di dalam hutan selama berminggu-minggu, hingga lahir perasaan tidak berkah dari kegiatan itu.

"Saya memutuskan berhenti menambang emas dan memilih menjadi petani kakao, Alhamdulillah kini sudah menghasilkan," kata Jailani, salah satu anggota Kelompok Patani Kakao Bathin Betuah Desa Berkun.

Dengan bertani kakao, lanjut dia, hidup jauh lebih tenang, karena selama berkegiatan illegal, terdapat perasaan was-was terjaring razia, jauh dari keluarga dan sebagainya. Kemudian, bertani kakao membuat hati lebih tenang dengan masa panen bisa mencapai empat kali dalam setahun.

Bertani kakao juga mempunyai sejumlah keunggulan, karena selain harganya stabil dan permintaan tinggi, komoditas ini merupakan jenis tanaman yang bisa ditumpangsarikan.

"Tanaman ini butuh tanaman pelindung, dan di bagian serasahnya bisa di tanaman komoditi lain. Sebagai tanaman pelindung dipilih jengkol dan pisang, sedangkan tanaman bawah bisa cabe rawit dan padi ladang," kata Emmy.

Dengan adanya spot-spot lokal ekonomi baru untuk menghentikan kegiatan pertambangan illegal, maka secara tidak langsung upaya pemulihan ekologi di Sungai Batanghari dapat mulai berjalan.

Tidak hanya itu, Pemerintah Provinsi Jambi ikut menyadari pentingnya Sungai Batanghari dengan rutin menyelenggarakan Festival Batanghari yang telah berlangsung sebanyak 23 kali dengan tema pada 2023 yaitu "Semakin Dilestarikan, Semakin Mensejahterakan".

Festival ini bertujuan untuk membangkitkan semangat pemulihan ekonomi, khususnya pelaku UMKM serta ekonomi kreatif serta mengkampanyekan Gerakan Sungai Batanghari Bersih mulai hulu sampai ke hilir. 

Baca juga: Ratusan personel Polda Jambi bersih-bersih Sungai Batanghari

Baca juga: Basarnas cari pemilik keramba tenggelam di Sungai Batanghari

Baca juga: Unja sampaikan fakta degradasi Sungai Batanghari ke Gubernur Haris






 

Pewarta: Nanang Mairiadi

Editor : Satyagraha


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023