Pemerintah Kabupaten Tanjungjabung Timur, Jambi, mendorong hilirisasi komoditas pinang dan perbaikan tata kelola ekspornya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Bupati Tanjungjabung Timur Romi Hariyanto di Jambi, Sabtu, keinginan ini dianggap menjadi solusi atas fluktuasi harga pinang yang kerap terjadi. Saat ini harga hanya Rp3.000-Rp5.000 per kg.

"Bukan hanya Jambi melainkan seluruh daerah di Indonesia telah berupaya menerobos langsung pasar ekspor komoditas pinang yang mendapat dukungan penuh dari Kementerian Perdagangan RI," katanya.

Upaya yang dilakukan Pemkab Tanjabtim diantararanya melakukan rapat koordinasi dengan melibatkan beberapa buyer (perusahaan pembeli) potensial dari India dan sejumlah eksportir.

Sejumlah poin penting telah dihasilkan dari rakor daring itu salah satunya kesepakatan untuk perbaikan tata niaga pinang untuk kedua negara.

"Kedua negara sepakat untuk sama-sama melakukan evaluasi," kata Romi.

Pemkab juga melakukan inisiasi agar segera dibentuk asosiasi petani pinang Indonesia dengan tujuan agar petani memiliki posisi tawar dan jaminan kinerja pasar komoditas ini menjadi lebih profesional.

"Dengan asosiasi itu bukan hanya memperkuat petani, namun juga membangun hubungan kemitraan yang lebih baik antara petani sebagai penyedia, eksportir sebagai perantara dan buyer sebagai pengguna. Intinya kita ingin semua merasa saling dimudahkan dan saling diuntungkan,” kata dia.

Para petani pinang di Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Jambi, menyebut harga jual saat ini anjlok hanya Rp3.000 per kilogram hingga Rp5.000 per kilogram.

"Kami berharap harga pinang ke depannya bisa lebih baik lagi dan bisa menembus harga Rp10 ribu sampai Rp20 ribu per kilogramnya seperti pada tahun lalu," kata petani pinang Sadu, Patimasang (55).

Setidaknya hampir satu tahun ini harga pinang pada tingkat petani di Sadu Kabupaten Tanjungjabung Timur  diketahui anjlok.

Kondisi ini memberatkan bagi warga setempat karena pinang merupakan mata pencarian utama.

Mereka tidak bisa hanya mengandalkan hasil kelapa yang hanya bisa dipanen empat bulan sekali, maka masyarakat Sadu menggantungkan kebutuhan sehari harinya dari menjual pinang.

Ia mengeluhkan saat ini lahan pinang seluas dua hektare sudah tidak terawat akibat tak ada biaya. Beberapa pohon terpaksa ditebang akibat penurunan harga ini.

"Kami biasanya bisa panen pinang seluas dua hektare itu sebanyak empat hingga lima ton pinang basah. Sejak harga anjlok kami hanya panen secukupnya untuk kebutuhan sehari-hari saja," kata Patimasang.

Pewarta: Rahmawati dan Nanang Mairiadi

Editor : Dolly Rosana


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023