Suasana akhir pekan ketiga November 2025, hari yang berbeda bagi anak-anak Batin Sembilan yang bermukim di kawasan Hutan Harapan, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi. Biasa akhir pekan mereka mungkin menghabiskan waktu mulai dari pagi bermain di permukiman, dan ada juga yang mungkin ikut orangtua ke dalam hutan atau mencari ikan di pinggir sungai.

Namun, Sabtu pagi kali ini di tengah udara pagi cerah di pinggir Hutan Harapan dengan lantang bersautan bunyi satwa. Mereka pagi-pagi sudah bergegas mandi dan berpakaian rapi dipasangkan orang tuanya. Anak-anak Batin Sembilan bersama orang tuanya mesti ke lokasi Camp atau Mess karyawan PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI). 

Karena mendapatkan undangan adanya pelayanan kesehatan gratis atas kolaborasi Asian Medical Students' Association (AMSA) mahasiswa kedokteran Universitas Jambi bersama PT. REKI. Satu persatu keluarga Batin Sembilan berdatangan dengan memakai kenderaan roda dua mereka. Bahkan, ada juga yang dijemput oleh karyawan PT REKI bagi yang tak punya kendaraan.

Bagi yang sudah sampai di area Camp Hutan Harapan yang pernah dikunjungi Pangeran Charles pada 2 November 2008 itu, mereka mengisi daftar hadir yang disiapkan mahasiswa kedokteran Unja yang tergabung dalam organisasi AMSA. Setelah mendaftar satu persatu puluhan warga Batin Sembilan, mulai dari anak-anak hingga kaum ibu dan bapak-bapak diarahkan ke satu titik kumpul yang sudah tersedia tenda untuk dimulai acara secara formal.

Puluhan kursi yang berjejer disusun rapi oleh karyawan PT REKI penuh terisi. Para dokter yang mendampingi kegiatan AMSA sudah tiba dilokasi setelah menempuh sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Jambi. Menuju Hutan Harapan membutuhkan energi lebih, selain jarak tempuh tetapi melintasi jalan tanah perkebunan kelapa sawit.

Para petinggi perusahaan restorasi itu dipimpin langsung Direktur Adam Aziz sudah stanbay lebih awal bentuk komitmen dalam mendukung dan menyukseskan acara tersebut. Hadir juga Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) unit XI Batang Hari Afrizal. Acara formal dimulai, seperti biasa diwarnai dengan sambutan-sambutan. Dilanjutkan sosialisasi dari dokter umum dan dokter spesialis.

Setelah slogan khas tentang Hutan Harapan, "Jaga Hutan, Jaga Harapan dan Jaga Warisan" pertanda beralih ke sesi lainnya. Dilanjutkan calon dokter yang sudah lengkap dengan seragam putihnya. Mendatangi satu per satu warga Batin Sembilan dikursinya untuk mengisi data survei tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selanjutnya yang remaja dan dewasa diarahkan untuk tempat pemeriksaan kesehatan.

Kembali terpusat ke anak-anak Batin Sembilan setelah di edukasi tentang pola hidup sehat. Cara menggosok gigi yang benar dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Sebelum giliran anak-anak batin sembilan pemeriksaan kesehatan khusus gigi, mereka diajak bermain sambil menggambar. 

Para mahasiswa calon dokter yang tergabung dalam organisasi AMSA itu sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Antusias dan keceriaan terlihat dari anak-anak Batin Sembilan, menggoreskan pewarna ke kertas putih yang sudah ada garis-garis gambar tersebut.

Beberapa orang mahasiswa kedokteran mengambil kesempatan berbincang banyak dengan anak-anak Batin Sembilan. Keasyikkan anak-anak itu mewarnai gambarnya, hampir tidak ada yang berkeliaran atau keluar dari lingkaran beralas terpal biru itu.

Apakah karena faktor sesuatu yang beda ditemukannya. Selama ini mungkin jarang kegiatan menggambar bersama dilakukannya?.

Komunitas Batin Sembilan, Batang Hari, Provinsi Jambi terlihat sedang di pondok tempat tinggal di pinggir Kawasan Hutan Harapan dikelola PT Restorasi Ekosistem Indonesia ((REKI). (ANTARA/Agus Suprayitno)


Pendidikan Anak Batin Sembilan

Anak-anak dari suku batin sembilan yang usia sekolah mereka masih menjalankan pendidikan. Namun berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka sekolah dengan sistem lokal jauh, tempat keseharian belajar yang sudah disiapkan pengelola kawasan Hutan Harapan. 

PT REKI memiliki Sekolah Besamo dengan pendekatan pembelajaran di dalam kelas dan sekolah lapangan. Di dalam kelas sejak 2014 sudah meluluskan sebanyak 36 siswa. Ada yang melanjutkan ke jenjang berikutnya. Sedangkan sekolah lapangan merupakan gabungan pelajaran formal dan edukasi alam. 

Secara formal database anak-anak itu tergabung ke SDN 49 Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batang Hari. Saat ujian baru mereka akan bergabung ke sekolah induk tersebut. Di lokal jauh ini diasuh dua guru, satu perempuan dan satu laki-laki yang honor bulanan ditanggung dari PT REKI.

Kendati ada lokal jauh, anak-anak batin sembilan tidak bisa belajar terpusat dalam ruangan. Terkadang harus di dalam hutan. Sang guru mendatangi satu-satu dari mereka masuk hutan tersebut.

"Ketika waktu-waktu tertentu orangtua mereka masuk hutan, proses belajar anak-anak dititik dimana aktivitas orang tuanya itu. Pak Rio, sang guru yang keliling ke lokasi dalam Hutan Harapan itu,"kata Kepala Departemen Comunity Lifelihood Development (CLD) Muchtalufti saat berbincang di Camp Hutan Harapan baru-baru ini.

Karena guru atau tutor sudah biasa dan mengenal kawasan hutan, jadi tidak terlalu menghadapi kendala. Hanya saja, pola belajarnya berpencar-pencar, bahkan sambil anak-anak itu main dalam hutan atau memanjat kayu. Kini masih ada beberapa keluarga Batin Sembilan yang masih nomaden di kawasan unit XV. Sedangkan yang menetap ada kelompoknya di antaranya berada di Simpang Macan Dua, Simpang Kolupang, Sungai Jerat, dan Simpang desa. 

Lufti menambahkan, anak-anak batin sembilan ada juga dapat pelajaran ekstrakurikuler yakni, mengaji dan edukasi pengenalan tentang konservasi sejak dini.

Selanjutnya Direktur PT REKI Adam Aziz menegaskan sebagai bentuk komitmen perusahaan yang dipimpinnya terhadap pendidikan dan kesehatan anak batin sembilan menjadi fokus.

Oleh karenanya, berkaitan dengan sekolah, maka dua tenaga pengajar disiapkan dengan langsung dukungan honornya. Begitu pula berkaitan dengan kesehatan, sudah menjadi komitmen jangan sampai ada anak-anak batin sembilan yang stunting.

"Hingga kini belum ada anak batin sembilan di kawasan Hutan Harapan yang stunting dan terkena Malaria. Sistem pelayanan telah berjalan meski dalam fasilitas terbatas. Pihaknya juga berkolaborasi dengan Puskesmas, PMI dan sejumlah dokter,"ungkapnya.

Sebab, kondisi mereka jauh dari pusat pembelajaran yang menempuh perjalanan dua hingga tiga jam. Dan kehidupan orangtua mereka di pinggir hutan.

"Keberadaan masyarakat suku adat batin sembilan tidak terlepas dari upaya restorasi. Karenanya kesehatan dan pendidikan menjadi poin penting bagi PT. REKI untuk keberlanjutan menjaga hutan, menjaga harapan dan menjaga warisan,"ujarnya.

Hutan Harapan merupakan kawasan restorasi yang terbentang dua provinsi di Sumatra (Jambi dan Sumatera Selatan) dengan luas lahan 98.013 hektare. Bentangan di wilayah Jambi 47.752 hektare mencakup dua wilayah administrasi pemerintah kabupaten (Batang Hari dan Sarolangun). Sedangkan di wilayah Sumatera Selatan 50.260,77 hektare di Kabupaten Musi Banyuasin.***

Pewarta: Siri Antoni

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2025