Kabupaten Batang Hari (ANTARA) - PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI), pengelola Hutan Harapan, mengembangkan bisnis berkelanjutan pemanfaatan kawasan dengan sistem pengelolaan lahan yang mengintegrasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk mendapatkan manfaat ekonomi (agroforestry), dengan melibatkan masyarakat di daerah penyangga.
"Kita mengapresiasi minat masyarakat yang sudah mulai mengembangkan komoditas andalan, di antaranya gambir. Dalam pengamatan kami, potensi pasarnya sangat besar dan masih ada ruang untuk berkembang," kata Direktur PT REKI Adam Aziz, di Jambi, Minggu.
Menurut dia, pengembangan bisnis berkelanjutan pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HBBK) dan pemanfaatan kawasan dengan agroforestry meliputi tanaman vanili (Vanilla planifolia), gambir (uncaria), dan karet (Havea brasiliensis).
Masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani hutan dilibatkan dalam proses tersebut. Dukungan diberikan seperti pengembangan pengetahuan petani, dari sisi budidaya, pasar, keterampilan dalam pengolahan.
Di samping tiga tanaman di atas, perusahaan telah memiliki beberapa jenis tanaman yang dikembangkan, seperti jenis kayu-kayuan hutan, buah-buahan mangga, dan tanaman bernilai ekonomis lainnya.
Melalui program perhutanan sosial, perusahaan telah mengembangkan tanaman gambir seluas sepuluh hektare sebagai lokasi uji coba. Menilik dari hasil tanaman tersebut tumbuh positif, pihaknya berencana menambah luas tanam di pada 2026 mendatang.
Adam memastikan, PT REKI terus fokus pada pengembangan agroforestry dengan meningkatkan kualitas bibit dan sistem budi daya serta membantu masyarakat memasarkan produk dengan harga yang lebih tinggi.
"Kita juga memiliki rencan program bantuan alat dan benih ke masyarakat. Dengan upaya ini, warga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka, sekaligus meredam praktik pembalakan liar di dalam kawasan Hutan Harapan," kata dia lagi.
Pengurus Kelompok Tani Hutan (KTH) Pematang Telang Muhamad Arifin mengatakan usaha tanam gambir baru dijalani dalam 18 bulan terakhir dilakukan secara mandiri.
Ia menilai, potensi ekonomis tanaman gambir begitu besar, sebagian petani sawit di sekitar penyangga kawasan hutan mulai mengikuti langkah tersebut.
Kegiatan tersebut diharapkan mampu menekan aktivitas perambahan kawasan, sekaligus membantu program penghijauan yang terus digalakkan oleh pemerintah dan perusahaan.
"Kita berusaha untuk bersinergi dengan perusahaan dalam menjaga hutan. Sudah ada lima orang yang ikut kegiatan tanam gambir, saya berharap perusahaan bisa memberikan bantuan alat produksi (mesin press) gambir agar hasilnya bisa maksimal," kata Arifin pula.
