Jambi (ANTARA Jambi) - Punya uang, punya tanggungan, tapi belum punya investasi. Wah, bisa jadi Anda tidak siap menghadapi masa depan. Terkadang bukan karena kurang pengetahuan, tapi takut
akan risiko yang jadi penghalang.
Memang, risiko itu sudah jadi bagian hidup. Sejak bangun pagi, keluar rumah, bekerja hingga pulang kembali, sesuatu yang tidak diharapkan bisa saja menimpa kita. Tapi, ada risiko yang dapat dihindari dan ada juga yang harus berani dihadapi.
Ada beberapa tips untuk siap menghadapi risiko.
Pertama: Kenali profil Anda.
Setiap orang punya level aman yang berbeda-beda dalam berinvestasi. Dengan menganalisa dan mengenali profil risiko, maka seseorang bisa mengatur batas risiko yang dapat diterima dan memilih produk investasi yang membuatnya nyaman. Karena pada akhirnya, hal yang paling penting bagi seorang investor adalah bisa tidur nyenyak di malam hari.
Kedua: Pertimbangkan perusahaan yang sudah jelas.
Banyak jenis investasi yang menawarkan skema yang menarik, tapi ternyata tidak punya izin yang jelas. Sebelum mempertimbangkan, pastikan perusahaan yang menawarkan investasi punya izin usaha dari regulator. Kalau bentuknya produk keuangan, izinnya dari Otoritas Jasa Keuangan.
Selain itu, reputasi dan "track record" juga bisa jadi acuan. Beberapa perusahaan atau produk terbaik akan memiliki sejarah penghargaan yang menunjukkan konsistensi kinerja dan keberhasilannya.
Ketiga: Ketahui sebab akibat munculnya risiko.
Setiap penjual pasti menjelaskan semua yang bagus-bagus dari produknya. Saya pernah ditawari dengan cara seperti ini: "Pak, produk ini kasih return 10 persen bulan lalu loh. Dicoba aja Pak".
Selalu ingat, return dan risiko itu seperti dua mata koin yang sama. Kalau ada produk kasih return 10 persen sebulan, artinya dia juga bisa kasih kerugian 10 persen sebulan. Jadi, bersikaplah kritis untuk cari tahu apa sebab akibatnya. Apa penyebab kenaikan? Jika kondisi berbalik, apa risikonya?
Untuk menambah informasi dari si penjual, luangkan waktu untuk belajar dari buku/internet dan ikuti seminar/kursus publik.
Keempat: Pilih produk sesuai tujuan.
Memilih produk investasi itu ibarat memilih kendaraan. Kalau mau ke Puncak, orang Jakarta pilih naik mobil. Tapi kalau ke Bali, orang pilih naik pesawat bukan mobil, karena lebih efektif.
Begitu pula dengan investasi. Untuk tujuan jangka pendek, gunakan instrument yang lebih aman seperti deposito atau obligasi. Kalau tujuannya masih panjang, bisa gunakan instrumen yang lebih berisiko, seperti saham.
Tapi kalau dilakukan sebaliknya (jangka pendek di saham, jangka panjang di deposito), maka akan sama seperti naik pesawat ke Puncak atau naik mobil ke Bali. Sampainya tidak jelas kapan dan justru malah lebih berisiko.
Kelima: Sebar risikonya.
Cara terakhir ini untuk meminimalkan risiko. Sebar risiko atau istilah kerennya "diversifikasi" dapat dilakukan dalam dua bagian, sebar produknya dan sebar waktunya.
Dengan kata lain, investasi dilakukan dalam beberapa produk dan secara bertahap, sehingga risikonya tidak terkonsentrasi pada 1 produk saja. Dan jumlah investasinya juga tidak sekaligus besar di awal, melainkan dibagi sebagian-sebagian dalam periode
tertentu.
Semua investasi, pasti ada risikonya. Tetapi tidak berinvestasi punya risiko lebih besar. Yang penting, pahami risikonya dan jadikan dia sebagai teman dalam mencapai tujuan.(Ant)
Penulis adalah Assistant Vice President Head of Investment, Bancassurance, and Treasury Products Commonwealth Bank Indonesia