Menurut Amran di Banjarmasin pada Kamis, Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan optimalisasi satu juta hektare lahan rawa lebak dan pasang-surut di sembilan provinsi.
Sembilan provinsi tersebut, diantaranya, Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Kalsel, Jambi, Papua, serta Kalimantan Tengah.
Khusus Kalsel, tambah dia, optimalisasi lahan seluas 67 ribu hektare, dengan bantuan dari pemerintah pusat.
Mewujudkan upaya tersebut, tambah dia, Kementan menyerahkan bantuan 40 unit eskavator berbobot 20 ton, di mana setiap alat berat seharga Rp 2 miliar.
Kementan juga akan mendistribusikan mesin pompa berdaya 200 hektare, selain pupuk dan benih. Sedangkan kebutuhan lain, dibebankan ke Pemerintah Provinsi Kalsel dan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala.
Adapun biaya optimalisasi lahan rawa lebak berkisar Rp3 juta per hektare dan untuk pasang surut Rp4 juta per hektare."Ini strategi hemat anggaran. Dulu anggaran Rp16 juta-Rp20 juta per hektare," terang Amran.
Sebelum optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang-surut, Kementan mencanangkan cetak sawah melalui tanah menganggur untuk menggenjot luas tambah tanam (LTT), dengan biaya sekitar Rp16 juta per hektare.
Amran menaksir, optimalisasi lahan rawa bakal menghasilkan Rp 60 triliun, dengan perhitungannya, indeks pertanaman mencapai tiga kali dalam setahun (IP-3) pada satu juta hektare lahan tersebut.
Menteri Amran optimistis, produktivitasnya mencapai 6-7 ton per hektare dengan merujuk proyek percontohan di Ogan Ilir, Sumsel, di mana produktivitas mula-mula 2-3 ton per hektare menjadi tujuh ton per hektare saat musim tanam ketiga.
Di sisi lain, optimalisasi lahan rawa ini juga bertujuan menjaga kedaulatan pangan hingga 100 tahun ke depan.***