Chicago (ANTARA) - Emas berjangka sedikit menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menyentuh level tertinggi dalam dua minggu didukung oleh dolar yang lebih lemah dan ketika data menunjukkan lonjakan harga konsumen AS mendorong daya tarik logam sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Sehari sebelumnya, Rabu (9/2/2022), emas berjangka bertambah 8,70 dolar AS atau 0,5 persen menjadi 1.836,60 dolar AS, setelah naik 6,10 dolar AS atau 0,3 persen menjadi 1.827,90 dolar AS pada Selasa (8/2/2022), dan terangkat 14 dolar AS atau 0,8 persen menjadi 1.821,80 dolar AS pada Senin (7/2/2022).
"Lingkungan suku bunga yang meningkat tidak menekan pasar emas," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, dikutip dari Reuters.
"Namun, di sisi lain itu adalah konfirmasi dari tren inflasi yang sedang berlangsung yang kami yakini merupakan dorongan fundamental yang mendasari di balik pergerakan emas baru-baru ini."
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya tergelincir ke level terendah satu minggu, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Kenaikan emas "menggarisbawahi statusnya sebagai komoditas safe-haven, dan lindung nilai inflasi yang efektif," kata Fawad Razaqzada, analis pasar di ThinkMarkets.
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang melonjak, kenaikan suku bunga yang dihasilkan akan meningkatkan peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Indeks harga konsumen AS melonjak 7,5 persen dalam 12 bulan hingga Januari, kenaikan tahun-ke-tahun terbesar sejak 1982, melampaui ekspektasi kenaikan 7,3 persen.
Suku bunga dana federal berjangka meningkatkan kemungkinan pengetatan setengah persentase poin oleh Federal Reserve AS pada pertemuan kebijakan bulan depan setelah data tersebut.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan melampaui 2,0 persen untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun.
"Saya kira dengan pelaku pasar yang sekarang memperkirakan enam kenaikan suku bunga tahun ini, ada beberapa kekhawatiran bahwa hal itu mungkin berdampak pada pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, dan itu mendukung harga emas," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Baca juga: Emas terjebak di kisaran ketat, investor bersiap untuk data inflasi AS
Baca juga: Emas naik 8,7 dolar dipicu pelemahan "greenback" dan imbal hasil
Baca juga: Emas stabil dekat tertinggi 2-minggu di Asia, ditopang risiko inflasi