Chicago (ANTARA) - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menghentikan penurunan selama tiga hari beruntun, setelah laporan pekerjaan AS untuk Juli menunjukkan pasar tenaga kerja melanjutkan pendinginan yang mendorong dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah lebih rendah.
Emas berjangka merosot 6,20 dolar AS atau 0,31 persen menjadi 1.968,80 dolar AS pada Kamis (3/8/2023). setelah tergelincir 3,80 dolar AS atau 0,19 persen menjadi 1.975,00 dolar AS pada Rabu (2/8/2023), dan anjlok 30,40 dolar AS atau 1,5 persen menjadi 1.978,80 dolar AS pada Selasa (1/8/2023).
Pengusaha Amerika menambahkan 187.000 pekerjaan bulan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS (DOL) melaporkan pada Jumat (4/8/2023), lebih sedikit dari yang diharapkan. Namun, kenaikan upah yang solid dan penurunan pengangguran menjadi 3,5 persen menandakan berlanjutnya pengetatan di pasar tenaga kerja.
Revisi turun pada pertumbuhan pekerjaan Mei dan Juni juga menunjukkan permintaan tenaga kerja melambat setelah kenaikan suku bunga Fed yang besar dan kuat. Tetapi dengan 1,6 lowongan pekerjaan untuk setiap orang yang menganggur, moderasi dalam perekrutan mungkin mengindikasikan perusahaan gagal menemukan pekerja.
Tetapi para ahli memperingatkan ini adalah tanda bahwa pasar tenaga kerja perlahan mendingin dan mungkin tanda selamat datang karena pasar keuangan masih memperdebatkan apakah Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini.
Laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan mendorong dolar AS dan imbal hasil obligasi lebih rendah, menawarkan beberapa dukungan terhadap emas yang meluncur selama tiga sesi berturut-turut, setelah keputusan Fitch Ratings memangkas peringkat kredit pemerintah AS menjatuhkan pasar keuangan.
Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,6 persen pada 101,93 pada Jumat (4/8/2023) sore.
Imbal hasil obligasi pemerintah turun dari level tertinggi 10 bulan dengan imbal hasil surat utang negara 10-tahun jatuh 12 basis poin menjadi 4,068 persen, sementara imbal hasil obligasi negara 30-tahun turun 9 basis poin menjadi 4,216 persen pada Jumat, menurut data FactSet.
"The Fed kemungkinan telah mengakhiri kampanye pengetatan paling agresif dalam beberapa generasi, dengan jalur yang masuk akal menuju soft landing," kata Candice Tse, kepala solusi penasehat strategis global di Goldman Sachs.
Namun, masih ada "berbagai kemungkinan hasil," dengan risiko condong ke arah kenaikan tambahan jika inflasi tetap kuat, meskipun bukan skenario dasarnya, katanya dalam komentar pada Jumat (4/8/2023).