Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur kembali erupsi dengan abu vulkanik setinggi 700 meter di atas puncak atau 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Sabtu pagi.
"Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Sabtu, 9 November 2024, pukul 08.15 WIB. Tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Ghufron Alwi dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang.
Dia mengatakan kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 119 detik.
Sebelumnya, gunung itu erupsi pada pukul 06.33 WIB, namun visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 106 detik.
Berdasarkan pengamatan kegempaan pada Jumat (8/11), aktivitas Gunung Semeru didominasi oleh gempa letusan yang tercatat 85 kali dengan amplitudo 11-23 mm, tiga kali gempa guguran, 11 kali gempa embusan dan dua kali gempa tektonik jauh.
Gunung Semeru masih berstatus waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)," katanya.
Selain itu, masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar hujan pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.