Jakarta (ANTARA Jambi) - Pakar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Ibnu Maryanto mengatakan, alih fungsi lahan dan pencemaran merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian keanekaragaman hayati (kehati).

"Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa tapi ancaman kelestariannya juga besar seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan lahan untuk permukiman," kata Ibnu di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, ancaman kehilangan keanekaragaman hayati juga bisa disebabkan bencana alam dan kerusakan lingkungan yang disebabkan ulah manusia serta eksploitasi yang berlebihan dari pemanfaatan keanekaragaman hayati.

"Di samping itu juga ada ancaman spesies invasif sehingga spesies asli kita sulit bertahan, juga adanya bencana biologis," tambah dia.

Ibnu mencontohkan kehilangan keanekaragaman hayati yang nyata dirasakan saat ini adalah 90 persen ikan asli di Sungai Ciliwung sudah punah.

Hasil penelitian yang dilakukan terkait eksistensi ikan asli Sungai Ciliwung sejak 1910 hingga 2010 laju kehilangan ikan tersebut mencapai 92,5 persen. Bahkan saat ini di sungai tersebut sudah lebih banyak ikan invasif.

Ibnu mencontohkan, ikan invasif yang hidup di sungai Ciliwung seperti ikan sapu-sapu (Pterygoplichtys pardalis), bawal (Colossoma macropopum) dan ikan piranha.

Ikan-ikan invasif saat ini mendominasi perairan darat di Indonesia dan mengancam kepunahan ikan-ikan asli perairan itu, sebab ikan-ikan invasif memiliki daya tahan dan berkembangbiak yang lebih baik.

Keberadaan ikan-ikan invasif akan menyebabkan kompetisi di habitat dengan ikan-ikan alami yang ada.

Data LIPI menyebutkan pada 1910-an jumlah spesies ikan yang hidup di sungai Ciliwung diperkirakan mencapai 187 jenis.

Pewarta: Desi Purnamawati

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014