Jambi (ANTARA Jambi) - Para siswa SMA YPWI Jambi yang tergabung dalam komunitas Sanggar Labor Siswa Kreatif (LaskArt) berhasil memproduksi secara indie atau swadaya sebuah karya film fiksi bertema pendidikan, kebudayaan, remaja dan petualangan yang diberi judul "Menapo".
"Tak disangka secara swadaya atau indie para siswa SMA dari sekolah YPWI Jambi ini berhasil mewujudkan ide kretifnya dalam bentuk karya film fiksi," kata pemeran utama film Menapo, Eriska di Jambi, Selasa.
Ia mengatakan, proses pengambilan gambar dari film yang mengambil lokasi di lingkungan objek wisata Candi Muarojambi tersebut hanya berlangsung singkat karena terbatasnya waktu yang diberikan pihak sekolah.
Awalnya film ini hanya tugas praktek akhir sekolah yang diberikan oleh guru kesenian, namun dikarenakan dinilai berkualitas, baik dalam penggarapan artistik maupun muatan cerita maka film ini akan disiarkan oleh salah satu stasiun televisi lokal Jambi, selain itu juga akan diikutkan dalam berbagai ajang festival film, kata Eriska.
Pasalnya, biasanya film tugas sekolah yang dihasilkan siswa adalah film-film dokumenter, namun di YPWI film yang menjadi wahana kreasi seni yang lengkap bagi semua genre seni itu adalah film fiksi.
Sementara itu, Abdul Havis dari Dwarapala Muja yang bertindak selaku sutradara dan kameramen mengungkapkan, film Menapo idenya berasal dari penulis Jambi yang juga wartawan LKBN Antara Biro Jambi dan guru seni di YPWI yakni Yupnical Saketi, ceritanya terbilang sangat sederhana.
Ide ceritanya sederhana, tentang petualangan sekelompok kecil remaja sekolah yang tersesat di hutan dan akhirnya menemukan Menapo atau puing-puing reruntuhan candi.
Namun karena digarap oleh tenaga profesional, film ini akhirnya menjadi sebuah film yang berkualitas untuk dinikmati oleh publik luas, tidak saja bagi anak sekolah, tapi juga pihak lain karena ada nilai-nilai edukasi, arkeologi, budaya, kepedulian, kerja sama dan etos kerja di dalamnya, kata ungkap Havis.
Uniknya lagi, film ini dibintangi oleh senbagian besar siswa yang di sekolahnya justeru sering mendapat predikat negatif sebagai anak bandel, namun ternyata mampu berkarya seni yang luar biasa seperti film Menapo tersebut.
"Kita salut, begitu kreatifnya guru kesenian di sekolah tersebut dalam mencari metode pengajaran dan pengembangan diri siswanya, siswa-siswa bandel berhasil dibuat mengeluarkan potensi dirinya yang sebelumnya tidak diketahui oleh guru-guru lainnya, potensi akting, ini yang menjadi nilai lebih film ini," kata Havis.
Adapun para siswa yang membintangi film berdurasi 35 menit tersebut adalah Eriska Rahmadianti, Vidi, Aprilis Setiawan, Fadli, dan Irawati, sedangkan pengambilan gambar dibantu oleh para kameramen Micro Film.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014
"Tak disangka secara swadaya atau indie para siswa SMA dari sekolah YPWI Jambi ini berhasil mewujudkan ide kretifnya dalam bentuk karya film fiksi," kata pemeran utama film Menapo, Eriska di Jambi, Selasa.
Ia mengatakan, proses pengambilan gambar dari film yang mengambil lokasi di lingkungan objek wisata Candi Muarojambi tersebut hanya berlangsung singkat karena terbatasnya waktu yang diberikan pihak sekolah.
Awalnya film ini hanya tugas praktek akhir sekolah yang diberikan oleh guru kesenian, namun dikarenakan dinilai berkualitas, baik dalam penggarapan artistik maupun muatan cerita maka film ini akan disiarkan oleh salah satu stasiun televisi lokal Jambi, selain itu juga akan diikutkan dalam berbagai ajang festival film, kata Eriska.
Pasalnya, biasanya film tugas sekolah yang dihasilkan siswa adalah film-film dokumenter, namun di YPWI film yang menjadi wahana kreasi seni yang lengkap bagi semua genre seni itu adalah film fiksi.
Sementara itu, Abdul Havis dari Dwarapala Muja yang bertindak selaku sutradara dan kameramen mengungkapkan, film Menapo idenya berasal dari penulis Jambi yang juga wartawan LKBN Antara Biro Jambi dan guru seni di YPWI yakni Yupnical Saketi, ceritanya terbilang sangat sederhana.
Ide ceritanya sederhana, tentang petualangan sekelompok kecil remaja sekolah yang tersesat di hutan dan akhirnya menemukan Menapo atau puing-puing reruntuhan candi.
Namun karena digarap oleh tenaga profesional, film ini akhirnya menjadi sebuah film yang berkualitas untuk dinikmati oleh publik luas, tidak saja bagi anak sekolah, tapi juga pihak lain karena ada nilai-nilai edukasi, arkeologi, budaya, kepedulian, kerja sama dan etos kerja di dalamnya, kata ungkap Havis.
Uniknya lagi, film ini dibintangi oleh senbagian besar siswa yang di sekolahnya justeru sering mendapat predikat negatif sebagai anak bandel, namun ternyata mampu berkarya seni yang luar biasa seperti film Menapo tersebut.
"Kita salut, begitu kreatifnya guru kesenian di sekolah tersebut dalam mencari metode pengajaran dan pengembangan diri siswanya, siswa-siswa bandel berhasil dibuat mengeluarkan potensi dirinya yang sebelumnya tidak diketahui oleh guru-guru lainnya, potensi akting, ini yang menjadi nilai lebih film ini," kata Havis.
Adapun para siswa yang membintangi film berdurasi 35 menit tersebut adalah Eriska Rahmadianti, Vidi, Aprilis Setiawan, Fadli, dan Irawati, sedangkan pengambilan gambar dibantu oleh para kameramen Micro Film.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014