Jakarta, Antarajambi.com - Indonesia menduduki peringkat ke-5
untuk kematian karena asma di antara negara-negara Asia dan urutan ke-13
di seluruh dunia, menurut data badan kesehatan dunia (WHO).
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017
Direktur
Pencegahan dan Pengendalian PTM, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, Kementerian Kesehatan, dr. Lily S. Sulistyowati mengatakan tak
sadarnya kebanyakan orang sudah menyandang asma menjadi salah satu
penyebabnya.
"Kebanyakan orang
tak sadar menyandang asma. Hal ini menyebabkan tingginya angka rujukan
dan pengobatan di fasilitas kesehatan masyarakat," kata dia dalam
peluncuran program Healthy Lung di Jakarta, Selasa.
Padahal,
sejumlah gejala bisa menjadi pertanda asma antara lain: batuk dan mengi
bekepanjangan (lebih dari dua minggu) dan kondisi ini lebih parah pada
malam atau dini hari.
Selain itu, napas terengah-engah, lesu dan tidur terganggu menjadi tanda lainnya seseorang menyadang asma.
Data
Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, sekitar satu dari 22 orang
menderita asma. Namun, hanya 54 persen yang didiagnosis. Dari jumlah itu
hanya 30 persen kasus yang terkontrol baik.
Atas
dasar itulah, Kementerian Kesehatan bersama PT AstraZeneca Indonesia
bekerjasama meluncurkan program Healthy Lung. Program ini bertujuan
meningkatkan kemampuan penanganan serta memperbaiki manajemen penyakit
pernapasan di puskemas dan rumah sakit.
"Tujuan
kami untuk memberikan edukasi pada sekitar 5.000 tenaga kesehatan yang
kami prediksi akan menyasar kurang lebih 10 juta pasien," kata Pimpinan
PT AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri dalam kesempatan yang sama.
Kemudian,
untuk mengatasi kebutuhan diagnosa dini, program ini memfasilitasi
pengembangan pusat inhalasi di lebih dari 300 puskesmas dan RSUD di
Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017