Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mendorong petani kelapa sawit memiliki pabrik pengolahan minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan.
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Sabtu, mengatakan Muba berkeinginan menjadi pioner di Tanah Air bahwa pemilik pabrik CPO itu ialah petani.
“Selama ini petani sangat tergantung pada penyerapan dari pabrik, tapi jika mereka sudah memiliki sendiri dan dikelola secara profesional maka akan jauh lebih baik karena bisa menentukan harga sendiri,” kata Dodi di sela-sela shooting film dokumenter program replanting (peremajaan) sawit di Desa Panca Tunggal (C5), Kecamatan Sungai Lilin.
Ia mengatakan pemkab siap mengawal proses ini agar kelompok tani mampu berkorporasi.
“Kami ingin mewujudkan petani sawit yang mandiri yang bisa menghasilkan berbagai macam produk seperti CPO, minyak goreng di pabrik milik sendiri,” kata dia.
Puluhan ribu hektare lahan perkebunan sawit yang masuk dalam program Peremajaan Sawit Rakyat di Kabupaten Musi Bayuasin, Sumatera Selatan, sejak tahun 2017 kini dalam status siap panen.
Muba sejauh ini menjadi daerah yang mampu merealisasikan program PSR terluas di Indonesia dengan mencapai 14.919 hektare.
Dari total luas tersebut, lahan seluas 4.446 ha di antaranya sudah berproduksi atau menghasilkan. Bukan hanya proses hulunya tapi proses hilirisasi dari kelapa sawit juga telah menghasilkan bensin sawit melalui teknologi IVO (industrial vegetable oil).
“Yang membanggakan bagi kami, bahan bakunya dari petani yang ikut program PSR ini,” kata dia.
Ia melanjutkan ini juga yang melatari pemerintah pusat menunjuk Kabupaten Musi Banyuasin sebagai lokasi percontohan Program Strategis Nasional terkait Kebijakan Energi Baru Terbarukan.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir, menyebutkan saat ini lahan pekebun kelapa sawit yang siap menyuplai produksi IVO terdapat 12.388 hektare dengan jumlah pekebun 5.311 orang.
"Sampai tahun 2024 lahan pekebun akan bertambah mencapai 52.000 hektare dengan jumlah pekebun mencapai 24.000 pekebun swadaya," kata Toyibir.
Dengan kemampuan ini maka ada jaminan jika ada investor yang tertarik bergerak di sektor hilir kelapa sawit, apalagi program peremajaan sawit rakyat pada 2017 bisa dikatakan berhasil.
Petani mampu memanen 1.000 ton tandan buah segar pada 2020 dari lahan sawit seluas 1.843 hektare berkat penggunaan bibit yang berkualitas.
Direktur Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Resiko Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (PDPKS) Zaid Burhan Ibrahim mengatakan program peremajaan lahan sawit di Muba berjalan baik sehingga tanpa menunggu lama sudah menghasilkan (bisa dipanen).
“Apa yang dilakukan di Muba ini dapat menjadi contoh daerah lain di Indonesia,” kata dia.
Sementara itu, Ketua KUD Mukti Jaya Bambang Gianto mengatakan, program replanting itu menggunakan bibit unggul bantuan pemerintah sehingga bisa panen pada usia 28 bulan di tepatnya di Mei 2020.
Nilai panen mencapai total Rp12 miliar. Setelah dikurangi biaya panen, biaya angkut dan biaya operasional sekitar Rp2 miliar maka kelompok tani dapat mendapatkan keuntungan Rp8 miliar dari 2.000 ha yang menghasilkan 6.800 ton TBS.
“Petani sangat senang dan bahagia karena pada usia dini sawit sudah bisa dipanen,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Sabtu, mengatakan Muba berkeinginan menjadi pioner di Tanah Air bahwa pemilik pabrik CPO itu ialah petani.
“Selama ini petani sangat tergantung pada penyerapan dari pabrik, tapi jika mereka sudah memiliki sendiri dan dikelola secara profesional maka akan jauh lebih baik karena bisa menentukan harga sendiri,” kata Dodi di sela-sela shooting film dokumenter program replanting (peremajaan) sawit di Desa Panca Tunggal (C5), Kecamatan Sungai Lilin.
Ia mengatakan pemkab siap mengawal proses ini agar kelompok tani mampu berkorporasi.
“Kami ingin mewujudkan petani sawit yang mandiri yang bisa menghasilkan berbagai macam produk seperti CPO, minyak goreng di pabrik milik sendiri,” kata dia.
Puluhan ribu hektare lahan perkebunan sawit yang masuk dalam program Peremajaan Sawit Rakyat di Kabupaten Musi Bayuasin, Sumatera Selatan, sejak tahun 2017 kini dalam status siap panen.
Muba sejauh ini menjadi daerah yang mampu merealisasikan program PSR terluas di Indonesia dengan mencapai 14.919 hektare.
Dari total luas tersebut, lahan seluas 4.446 ha di antaranya sudah berproduksi atau menghasilkan. Bukan hanya proses hulunya tapi proses hilirisasi dari kelapa sawit juga telah menghasilkan bensin sawit melalui teknologi IVO (industrial vegetable oil).
“Yang membanggakan bagi kami, bahan bakunya dari petani yang ikut program PSR ini,” kata dia.
Ia melanjutkan ini juga yang melatari pemerintah pusat menunjuk Kabupaten Musi Banyuasin sebagai lokasi percontohan Program Strategis Nasional terkait Kebijakan Energi Baru Terbarukan.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir, menyebutkan saat ini lahan pekebun kelapa sawit yang siap menyuplai produksi IVO terdapat 12.388 hektare dengan jumlah pekebun 5.311 orang.
"Sampai tahun 2024 lahan pekebun akan bertambah mencapai 52.000 hektare dengan jumlah pekebun mencapai 24.000 pekebun swadaya," kata Toyibir.
Dengan kemampuan ini maka ada jaminan jika ada investor yang tertarik bergerak di sektor hilir kelapa sawit, apalagi program peremajaan sawit rakyat pada 2017 bisa dikatakan berhasil.
Petani mampu memanen 1.000 ton tandan buah segar pada 2020 dari lahan sawit seluas 1.843 hektare berkat penggunaan bibit yang berkualitas.
Direktur Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Resiko Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (PDPKS) Zaid Burhan Ibrahim mengatakan program peremajaan lahan sawit di Muba berjalan baik sehingga tanpa menunggu lama sudah menghasilkan (bisa dipanen).
“Apa yang dilakukan di Muba ini dapat menjadi contoh daerah lain di Indonesia,” kata dia.
Sementara itu, Ketua KUD Mukti Jaya Bambang Gianto mengatakan, program replanting itu menggunakan bibit unggul bantuan pemerintah sehingga bisa panen pada usia 28 bulan di tepatnya di Mei 2020.
Nilai panen mencapai total Rp12 miliar. Setelah dikurangi biaya panen, biaya angkut dan biaya operasional sekitar Rp2 miliar maka kelompok tani dapat mendapatkan keuntungan Rp8 miliar dari 2.000 ha yang menghasilkan 6.800 ton TBS.
“Petani sangat senang dan bahagia karena pada usia dini sawit sudah bisa dipanen,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021