Jambi (ANTARA) - Gula aren produksi petani di Kabupaten Batanghari dalam sekala rumahan masih terkendala kreatifitas dan inovasi kemasan untuk meningkatkan nilai tambah
“Potensi usaha gula aren ini sangat besar, hanya saja saat ini masih terkendala di sektor hilir,” kata pengusaha gula di Kabupaten Batanghari Zamhariro di Jambi, Jumat.
Gula aren merupakan gula merah yang di produksi dari sadapan air nira pohon Aren yang biasa tumbuh di bantaran Sungai Batanghari. Desa Malapari merupakan sentra produksi gula aren di Kabupaten Batanghari.
Saat ini pangsa pasar gula aren tersebut sudah cukup besar, sebagian masyarakat lebih memilih menggunakan gula aren untuk bahan makanan dibandingkan menggunakan gula merah biasa.
Dijelaskan Zamhariro, saat ini pengusaha perhotelan sudah melirik gula aren untuk dijadikan pilihan gula saat menyeduh kopi, teh atau minuman di hotel. Hanya saja masyarakat yang memproduksi gula aren tersebut tidak mendapatkan hasil yang maksimal.
Dimana, masyarakat hanya menjual dalam kemasan seadanya, sementara gula aren yang digunakan di hotel-hotel sudah dikemas menjadi koli-koli gula aren.
Jika masyarakat yang memproduksi gula aren tersebut dapat mengemas gula aren dalam bentuk koli, maka harga jual gula aren tentu akan lebih tinggi.
Saat ini masyarakat yang memproduksi gula aren menjual gula aren seharga Rp20 ribu per kilogram. Namun jika gula aren tersebut sudah di kemas dan dijual dalam bentuk koli, harga jual dalam satu kilogram nya bisa mencapai Rp70 ribu.
“Masyarakat masih terkendala oleh hilirisasi ini, pemerintah harus memfasilitasi hilirassi dari gula aren ini, sebab gula aren tersebut merupakan salah satu produk unggulan di Batanghari,” kata Zamhariro.
Sementara kemasan dan hilirisasi dari gula aren tersebut sudah lebih baik, maka gula aren tersebut dapat menjadi produk ekspor unggulan di daerah itu.
Saat ini penjualan gula aren yang dijual dengan kemasan seadanya sudah merambah perhotelan, supermarket dan mall mall di Jambi khususnya.