Jakarta (ANTARA) - Pemerintah dengan pihak swasta seperti perusahaan Sampoerna terus bersinergi antara lain dalam mendorong pemberdayaan UMKM perempuan termasuk melalui peningkatan digitalisasi usaha mereka.
Melalui rangkaian kegiatan Semangat dan Aksi Perempuan Andalan (SAPA) untuk Indonesia, Sampoerna menghadirkan pakar dan pembuat kebijakan untuk memberikan keterampilan praktis bagi pelaku UMKM serta mendiskusikan langkah menuju pemberdayaan UMKM perempuan.
Baca juga: Program SAPA diharap dapat tingkatkan daya saing UMKM perempuan
Menurut Teten, pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja para perempuan pengusaha berskala mikro, kecil, dan menengah, salah satunya melalui upaya digitalisasi.
Pembicara lainnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bapak Airlangga Hartarto menyebutkan peran Pemerintah mendukung UMKM serta peranan perempuan dalam pemulihan ekonomi nasional (PEN).
"Pemerintah memberikan alokasi anggaran senilai Rp95,13 triliun yang dimanfaatkan antara lain untuk subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), perluasan kredit modal kerja, restrukturisasi dan penjaminan kredit UMKM, Banpres Produktif Usaha Mikro, dan fasilitas lainnya," ujar Airlangga.
Menurut Menko Airlangga, UMKM menyerap Rp32,72 triliun, lebih dari separuh dari realisasi program PEN senilai Rp61,62 triliun. Khususnya, pada kategori KUR super mikro di mana lebih dari 90 persen penerima manfaatnya adalah perempuan.
Menko Perekonomian juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan guna membekali UMKM dengan akses pasar, akses finansial, dan akses teknologi dengan pemberdayaan maupun pendidikan.
Baca juga: Kemenkop upayakan kemudahan bagi perempuan pelaku UMKM peroleh NIB
"Semoga kita bisa mendorong semangat UMKM perempuan untuk bangkit, maju bersama, menjadi UMKM yang tangguh dan dapat naik kelas," kata Airlangga.
Direktur Urusan Eksternal Elvira Lianita mengungkapkan komitmen berkelanjutan Sampoerna dalam mengembangkan UMKM, khususnya UMKM perempuan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Ia mengambil contoh besarnya peran perempuan pada komunitas toko kelontong binaan Sampoerna Retail Community (SRC).
Berdasarkan data Sampoerna, dari 150.000 toko kelontong yang tergabung dalam Sampoerna Retail Community (SRC), 57 persennya adalah milik perempuan. Sementara pada Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang telah membina lebih dari 54.500 UMKM, lebih dari 50 persen digerakkan atau dimiliki oleh perempuan.
"Setiap hari kami berinteraksi dengan pelaku UMKM dan hal ini memberikan pemahaman mendalam mengenai tantangan yang mereka hadapi. Melalui SRC kami membina dan membangun sebuah komunitas yang terdiri dari 150.000 toko kelontong. Lebih dari 60 persen toko kelontong tersebut dimiliki dan dikelola oleh perempuan, dengan lebih dari separuh di antaranya merupakan pencari nafkah utama keluarga mereka," kata Elvira.
Lebih jauh, Elvira menjelaskan bukti nyata pelaku UMKM perempuan untuk memberdayakan komunitas sekitarnya. Hal itu terwujud pada inisiatif Pojok Lokal SRC yang mengajak para anggotanya untuk mendedikasikan porsi tokonya untuk memajang dan menjual produk lokal.