New York (ANTARA) - Dolar naik tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menguat untuk sesi kedua berturut-turut, karena investor bertaruh untuk laporan penggajian non-pertanian (NFP) AS yang kuat yang akan menjaga Federal Reserve pada jalur pengetatan agresif dalam beberapa waktu.
"Dolar menguat lagi karena saham merosot dan kekhawatiran resesi memukul mata uang Eropa," kata Joe Manimbo, analis pasar senior, di perusahaan pembayaran Convera di Washington.
"Kenaikan dolar juga mencerminkan pasar bertaruh pada laporan pekerjaan solid lainnya yang memperkuat jalur suku bunga hawkish Fed."
Data penggajian non-pertanian AS untuk September akan dirilis pada Jumat waktu setempat, dengan para ekonom memperkirakan angka utama 250.000 pekerjaan baru, dibandingkan dengan 315.000 pada Agustus.
Presiden Fed Chicago Charles Evans pada Kamis (6/10) mengatakan tingkat kebijakan Fed kemungkinan menuju 4,5 persen-4,75 persen pada musim semi 2023 karena Fed meningkatkan biaya pinjaman untuk menurunkan inflasi yang terlalu tinggi.
Euro melemah 0,9 persen terhadap dolar pada 0,9794 dolar, sebelumnya jatuh setelah rilis risalah Bank Sentral Eropa dari pertemuan bulan lalu yang menunjukkan pembuat kebijakan khawatir bahwa inflasi bisa terjebak pada tingkat yang sangat tinggi.
Secara terpisah, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters pada Kamis (6/10), mengutip angka sementara, bahwa pemerintah Jerman memperkirakan ekonomi terbesar Eropa itu akan tergelincir ke dalam resesi tahun depan, mengalami kontraksi 0,4 persen karena krisis energi, kenaikan harga dan hambatan pasokan.
Sterling merosot 1,5 persen terhadap dolar pada 1,1151 dolar. Euro juga menguat terhadap pound, naik 0,7 persen pada 87,83 pence.
Terhadap yen, dolar naik 0,3 persen menjadi 145,05. Yen mencapai tertinggi sesi 145,135, tidak jauh dari puncak 24 tahun 145,90 yen yang disentuh pada 22 September, yang memicu intervensi pembelian yen dari otoritas Jepang.
Terhadap franc Swiss, dolar menguat 0,8 persen menjadi 0,9906 franc.
Pasar mata uang telah berjuang untuk menemukan arah yang jelas minggu ini, setelah kuartal ketiga yang dramatis. Dolar awalnya turun terhadap sebagian besar mata uang utama, sebelum mendapatkan kembali kekuatannya.
"Ini adalah ketenangan sebelum badai - badai penggajian non-pertanian," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
"Semua orang tahu The Fed telah konsisten dengan pesan mereka. The Fed belum selesai menurunkan inflasi, dan mereka terkunci dalam kampanye kenaikan suku bunga agresif yang hanya akan berubah begitu kita mulai melihat inflasi turun."
Faktor utama yang mendorong pasar mata uang saat ini telah mengubah ekspektasi tentang seberapa agresif bank sentral - khususnya Fed - akan menaikkan suku bunga.
Pertanyaan kuncinya adalah apakah pembuat kebijakan akan beralih dari kekhawatiran utama tentang inflasi ke juga mempertimbangkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan mungkin mengarah pada kenaikan suku bunga yang lebih hati-hati.
Data inflasi AS minggu depan akan diawasi dengan ketat.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang naik baru-baru ini telah membantu mendorong greenback lebih tinggi, naik sekitar 6 basis poin menjadi 3,8175 persen.
Dolar Australia jatuh 1,12 persen terhadap greenback di 0,6412 dolar AS, masih berjuang setelah kenaikan 25 basis poin yang tak terduga di Australia.
Dolar AS menguat 0,9 persen terhadap dolar Kanada pada 1,3743 dolar Kanada.