Chicago (ANTARA) - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), kembali bertengger di atas level psikologis 1.800 dolar AS, di tengah koreksi harga setelah anjlok di sesi sebelumnya karena Federal Reserve (Fed) menaikkan suku bunga dan memberikan nada lebih hawkish dengan mengisyaratkan lebih banyak kenaikan suku bunga akan datang.
Harga emas berjangka anjlok 30,90 dolar AS atau 1,7 persen menjadi 1.787,80 dolar AS pada Kamis (15/12/2022), setelah jatuh 6,80 dolar AS atau 0,37 persen menjadi 1.818,70 dolar AS pada Rabu (14/12/2022), dan melonjak 33,20 dolar AS atau 1,85 persen menjadi 1.825,50 dolar AS pada Selasa (13/12/2022).
Emas menemukan dukungan tambahan karena data ekonomi yang dirilis Jumat (16/12/2022) mengecewakan. Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur AS dari S&P Global berada di 46,2 pada Desember, turun dari 47,7 pada bulan sebelumnya, menandakan penurunan kuat dalam kondisi operasi di seluruh sektor penghasil barang.
Penurunan tersebut merupakan yang tercepat sejak periode penguncian awal pada tahun 2020 dan didorong oleh permintaan yang melemah dan penurunan output yang lebih cepat.
Sementara itu PMI jasa-jasa AS turun menjadi 44,4 pada Desember dari 46,2 pada November, di bawah perkiraan konsensus 46,5 oleh para ekonom.
Emas sebagian besar telah kehilangan statusnya sebagai tempat berlindung yang aman tahun ini, karena kenaikan suku bunga AS mendorong peluang kerugian untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil. Hal ini membuat dolar sebagian besar mengambil alih emas sebagai tempat berlindung yang disukai pasar, meskipun kekhawatiran akan resesi AS semakin meningkat.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 2,3 sen atau 0,1 persen, menjadi ditutup pada 23,328 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari merosot 13,2 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi berakhir pada 1.000 dolar AS per ounce.