Jambi (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Jambi melakukan diskusi bersama terkait perkembangan ekonomi dan bisnis di Provinsi Jambi dalam kegiatan Forum Ekonomi dan Bisnis Jambi Triwulan I-2023.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi berdasarkan perkembangan saat ini dan prakiraan ke depan, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jambi tahun 2023 tumbuh termoderasi dibandingkan tahun 2022," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Hermanto, di Jambi Selasa.
Di proyeksikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi Jambi pada 2023 berada pada rentang 3,7 persen sampai 4,5 persen.
Dia menjelaskan beberapa asumsi yang digunakan BI dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tersebut di antaranya dari sisi domestik, dimana perbaikan permintaan domestik diprakirakan masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, masih terdapat gejolak pada lapangan usaha pertambangan batu bara di Jambi berpotensi memberikan dampak bagi perekonomian.
Pada sektor pertanian, faktor cuaca yang diprediksi mengalami el nino pada semester kedua juga akan mempengaruhi produksi pertanian.
Oleh karena itu, melalui diskusi ini BI Jambi memberikan beberapa masukan bagi pemerintah daerah untuk fokus mendorong akselerasi pertumbuhan sektor utama seperti pertanian dan pertambangan, serta didukung oleh pertumbuhan pada sektor lainnya.
Meskipun akan menghadapi cuaca buruk, Hermanto menyebutkan bahwa pihak terkait dapat melakukan antisipasi dengan mengoptimalkan dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Hal ini dilakukan, mengingat bahwa konsumsi bahan pangan mempengaruhi inflasi sehingga dengan optimalisasi sektor pertanian akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus pengendalian inflasi.
Selain itu, pada sektor pertambangan, BI mendorong pemerintah daerah untuk dapat mengambil solusi atas persoalan pada lapangan usaha pertambangan batu bara saat ini.
Selain pada sektor pertanian dan pertambangan, untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah, pemda perlu meningkatkan investasi di wilayah Jambi.
Sementara itu, terkait inflasi, BI Jambi memprakirakan inflasi Gabungan 2 (dua) Kota/Kabupaten di Provinsi Jambi pada 2023 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2022 dan akan kembali ke dalam kisaran target 3±1 persen.
Sementara itu Ketua ISEI Cabang Jambi, Syaparuddin mengatakan terkait pengendalian inflasi solusi yang bisa dilakukan yakni memetakan terlebih dahulu akar permasalahan pemicu inflasi.
"Ketika menekan laju inflasi harus tahu penyebabnya apa dari akar masalahnya, karena di Jambi ini perubahan harga pangan cukup cepat," katanya.
Selain itu, diperlukan perubahan perilaku masyarakat. Ia mencontohkan kenaikan harga daging yang tinggi saat hari besar keagamaan karena ketersediaan barang sedikit.
Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya peternak di Jambi yang hanya menjadikan ternak sapi atau kerbau sebagai investasi atau tabungan belum menjadikannya sebagai bisnis. Sehingga kebutuhan daging di Jambi masih harus disuplai dari luar daerah yang memicu kenaikan harga.
Sehingga, ISEI Jambi berkomitmen untuk berkoordinasi dengan stakeholder Jambi dalam menemukan solusi permasalahan daerah terutama terkait ekonomi dan inflasi.