Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari awal tahun hingga Kamis (20/7) atau year-to-date (ytd) tumbuh 18,9 persen year on year (yoy), dengan total mencapai Rp118 triliun.
Ia menjelaskan, keberhasilan tersebut terutama didorong oleh akuisisi debitur baru, peningkatan pembiayaan, serta manajemen remedial dan recovery yang efektif.
"Hal ini terjadi berkat kondisi ekonomi yang semakin membaik, serta upaya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendorong BNI melakukan transformasi, dan mengedepankan prinsip perbankan yang prudent," ujar Okki.
Okki melanjutkan, perseroan akan terus memperkuat strategi value chain, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, serta membangun ekosistem digital untuk mendorong penyaluran pembiayaan atau kredit kepada UMKM.
"Kami berupaya agar pembiayaan yang kami berikan dapat memberikan kontribusi positif dalam mendorong UMKM untuk naik kelas, dan lompat lebih tinggi menembus pasar internasional," ujar Okki.
Lebih lanjut, Ia menyebut perseroan juga menempatkan prioritas terhadap pemenuhan target Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) sebesar 30 persen pada tahun 2024.
"Kami proaktif mendukung program Bank Indonesia (BI) dengan upaya pemenuhan target ini (RPIM)," ujar Okki.
Perusahaan bagian dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ini membukukan laba bersih senilai Rp5,2 triliun pada kuartal I-2023, atau tumbuh 31,8 persen (yoy), dari sebelumnya sebesar Rp3,96 triliun pada periode sama tahun 2022.
Perseroan membukukan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 7,4 persen (yoy) pada kuartal I-2023, yaitu mencapai Rp743,7 triliun.
Pertumbuhan DPK yang sehat, terutama ditopang dari CASA mampu membawa BNI menjaga posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) stabil di level 85,4 persen.