Jakarta (ANTARA) - Sinergi BUMN menjadi program unggulan Kementerian BUMN mengingat dari sisi investasi yang dikucurkan bisa ditekan, namun hasil yang didapat bisa berkali-kali lipat.
Lewat sinergi Perum Perumnas dan PT KAI, berhasil terbangun dua menara Mahata Semesta Margonda terdiri atas 940 unit hunian, serta menyusul dua proyek berikutnya di Tanjung Barat dan Serpong.
Dari satu proyek di Margonda saja artinya sudah berhasil menyediakan 940 unit hunian bagi masyarakat yang sasarannya tentu keluarga muda (milenial).
Lewat sinergi itu juga memberikan manfaat berlipat bagi PT KAI. Lahan yang selama ini tidak memberikan manfaat karena hanya difungsikan sebagai tempat parkir, kini memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan.
Dalam istilah Kementerian BUMN disebut sebagai optimalisasi aset. Program ini memang menjadi salah satu tolok ukur penilaian kinerja BUMN yang sangat penting.
Tidak hanya itu, keluaran (output) dari kolaborasi keduanya juga mendukung program pemerintah untuk menekan angka warga belum memiliki rumah (backlog) yang disebut-sebut sudah tembus 12 juta (terdiri atas 33 persen sektor formal dan 67 persen sektor informal).
Belum lagi kalau dihitung dari tenaga kerja yang bisa diserap dengan hadirnya tiga apartemen itu tentunya akan memberikan kontribusi yang luar biasa bagi ekonomi.
Direktur Pemasaran Perum Perumnas Imelda Alini Pohan mengatakan sektor properti sejauh ini memberikan efek berganda (multiplier effect) hingga 10,2 persen terhadap ekonomi bersumber dari pekerja yang direkrut hingga pekerja industri ikutan.
Kehadiran apartemen juga akan menumbuhkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) karena di dalam lokasi juga dihadirkan unit komersial (toko) untuk memenuhi kebutuhan penghuni.
Pastinya, muncul dengan sendirinya pengusaha makanan dan minuman, warung kelontong, usaha cuci pakaian (laundry), bahkan gerai gawai, dan sebagainya yang siap untuk memenuhi kebutuhan pemilik unit.
Minat tinggi
Lantas dengan unit sebanyak 940 itu apakah bakal diminati? Kenyataannya demikian, apartemen yang diresmikan Presiden Joko Widodo ini saat ini tinggal tersisa 200 unit lagi.
Karena masyarakat saat ini mendambakan hunian dengan harga terjangkau, namun memiliki akses yang mudah untuk ke berbagai tujuan.
Presiden Joko widodo dalam peresmian proyek Mahata Semesta Margonda menyatakan pembeli unit mendapat "bonus" kereta api.
Hal ini karena penghuni hanya selangkah dari tempat tinggal sudah bisa berpergian menggunakan kereta komuter.
Tak hanya itu, di lokasi tersebut kini juga sudah tersedia armada TransJakarta serta di beberapa titik kereta komuter ini juga bersinggungan dengan LRT dan MRT.
Seharusnya ini menjadi konsep pengembangan berorientasi transit (transit oriented development/ TOD) sesungguhnya untuk mengurangi emisi di Jakarta dan kota-kota penyangga secara signifikan.
Konsep TOD sepatutnya dari sisi harga masih terjangkau serta untuk menjangkau ke berbagai tujuan cukup menggunakan transportasi publik yang tentunya masih ramah di kantong.
Kebijakan ini tentunya akan mengurungkan masyarakat membeli kendaraan pribadi karena apa yang dibutuhkan sudah tercukupi dalam satu unit apartemen.
Alasan itu juga yang membuat Perum Perumnas gencar menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan termasuk BUMN untuk merumahkan karyawan melalui proyek-proyek kolaborasi ini.
Dengan demikian ada dua konsep sinergi BUMN yang diterapkan dalam penyediaan hunian yakni sinergi pertama kerja sama lahan untuk dibangun hunian, sedangkan berikutnya sinergi untuk menyediakan rumah bagi karyawan BUMN.
Pola demikian diakui Imelda Pohan, Perumnas telah menjalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), PT Daya Makara UI, PT Jasindo, BioFarma, IFG Life, BPJS Ketenagakerjaan, Taspen, dan sejumlah perusahaan lainnya baik swasta maupun BUMN.
Kerja sama tersebut untuk memudahkan karyawan memiliki rumah dan sudah barang tentu untuk menggandeng BUMN untuk menyediakan fasilitas kredit pemilikan apartemen (KPA).
Bahkan terkait dengan sinergi BUMN ini juga, Perum Perumnas menerapkan pola kerja sama dengan bank-bank pemerintah (Himbara). Mengingat seluruh pembayaran gaji karyawan BUMN seluruhnya lewat bank-bank tersebut.
Milenial
Sasaran pasar dari proyek apartemen sinergi BUMN ini ditujukan kepada kalangan milenial. Sebagai contoh, kerja sama dengan PT Daya Makara UI ini bertujuan agar mahasiswa bisa memiliki unit di Apartemen Mahata Semesta Depok.
Namun kenyataannya dalam pelaksanaan BI Checking untuk melihat kelayakan mendapatkan fasilitas KPA, banyak milenial tidak memenuhi persyaratan.
Banyak dari kalangan milenial ini masih memiliki angsuran di tempat lain, bahkan masih ada yang mengangsur atau bahkan menunggak dari perusahaan pinjaman online (pinjol).
Mengatasi persoalan itu, Perum Perumnas menerapkan strategi uang muka terjangkau agar bisa memiliki unit apartemen. Cukup membayar Rp780 ribu sudah bisa menandatangani akad kredit dengan
perbankan.
Untuk cicilan juga terjangkau, cukup mengalokasikan Rp49 ribu per hari atau setara Rp1,47 juta per bulan sudah bisa menghuni unit. Tinggal mengatur pengeluaran untuk transportasi ke tempat kerja atau kalau kuliah tinggal berjalan kaki.
Bahkan untuk menuju lokasi stasiun maupun kuliah di UI, Semesta Mahata Margona menyediakan jembatan penyeberangan (sky bridge) untuk memudahkan akses kedua lokasi.
Bahkan dengan pola pembiayaan terjangkau tersebut, kini pekerja di sektor informal juga bisa memiliki rumah. Baik itu pengusaha kecil, aktivis media sosial (influencer), pedagang kini dengan mudah bisa memiliki hunian.
Imelda menjanjikan semua profesi bisa menempati hunian di Mahata, bahkan apabila masih ragu bisa rental (sewa) dulu melalui pengelola apabila sudah cocok tinggal dilanjutkan.
Imelda berjanji mengubah wajah perkotaan dengan menginisiasikan serangkaian aksi korporasi yang inovatif.
Program sinergi yang digulirkan Kementerian BUMN ini tentunya memberikan manfaat berbagai pihak termasuk dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena bisa mengurangi kepadatan lalu lintas yang pada akhirnya bisa menurunkan pencemaran udara.
Berikutnya, Perumnas telah menyusun program untuk mengoptimalkan lahan-lahan miliknya termasuk lahan-lahan BUMN lainnya baik di DKI Jakarta maupun kota-kota besar lainnya untuk menghadirkan hunian skala masal yang dekat lokasi bekerja dan dekat dengan transportasi umum.
Proyek di Klender yang semula hanya apartemen bertingkat rendah yang kemudian direvitalisasi menjadi apartemen bertingkat tinggi. Tentunya membuat kapasitas hunian di lokasi tersebut kian bertambah.