Jambi (ANTARA Jambi) - Arkeolog dari tim peneliti Geopark Merangin mengungkapkan pihaknya dalam rangkaian riset yang dilakukan menemukan sebuah puing kampung tua dan kompleks pemakaman yang sudah sangat kuno.
"Dalam rangkaian riset kita kali ini kita menjumpai komplek puing perkampungan tua dan pemakaman yang sudah sangat tua, kondisinya sudah sangat rentan karena berada di tengah hutan dan perladangan masyarakat yang telah ditumbuhi pepohonan dan semak," kata Koordinator Divisi Arkelologi tim peneliti Geopark Merangin Yusuf Martun di Bangko, Senin.
Keberadaan puing bangunan desa lama dan pemakaman tua itu dalam identifikasi awal diketahui memiliki ciri yang teramat berbeda dari pemakaman modern saat ini umumnya.
"Makam-makam itu tidak berjejer utara selatan seperti pemakaman muslim umumnya sebagaimana ajaran agama Islam yang dianut warga desa Air Batu saat ini, tapi dengan posisi berjejer timur-barat atau Tenggara-Barat Daya, ini sesuatu yang unik dan pastinya simbol atas tradisi dan kepercayaan masyarakat pada masa itu,'' kata Yusuf.
Selain itu, dari beberapa makam yang masih relatif bisa dideteksi bentuknya, terlihat seperti terstruktur seperti pundan berundak-undak, meskipun bahan yang digunakan adalah tumpukan batu-batu.
"Kita masih belum bisa mereka umur pemakaman tua ini, tapi dari apa yang di paparkan warga desa Air Batu ini sendiri puing ini adalah lokasi desa pemukiman pertama nenek moyang mereka ketika pertama mendiami kawasan tersebut ratusan tahun lalu,'' ungkap Yusuf.
Setelah lokasi pertama itu telah sempat terjadi dua kali perpindahan lokasi desa mereka hingga ke lokasi yang berkembang saat ini 2 km dari Geopark sungai Batang Merangin, karena itu dapat diperkirakan kalau pemakaman tua dan puing perkampungan lama ini berasal dari zaman awal sejarah atau akhir masa prasejarah.
Selain itu, tambah Yusuf, para sesepuh warga desa juga menceritakan kalau tak jauh dari lokasi tersebut tersebut juga terdapat pemakaman massal tua yang menurut paparan secara lisan turun temurun generasi ke generasi, itu adalah pemakaman massal bagi korban bencana alam dahsyat yang sempat terjadi di desa mereka di masa lampau.
"Mereka menyebut pemakaman massal akibat bencana alam dahsyat itu dengan sebutan 'Tebat'. Tapi sayangnya warga tidak bisa merinci bencana alam alam yang menimbulkan korban begitu banyak itu apakah gempa bumi atau air bah, kita perlu melakukan studi intensif akan hal ini," ujar Yusuf.(T.KR-BS)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012
"Dalam rangkaian riset kita kali ini kita menjumpai komplek puing perkampungan tua dan pemakaman yang sudah sangat tua, kondisinya sudah sangat rentan karena berada di tengah hutan dan perladangan masyarakat yang telah ditumbuhi pepohonan dan semak," kata Koordinator Divisi Arkelologi tim peneliti Geopark Merangin Yusuf Martun di Bangko, Senin.
Keberadaan puing bangunan desa lama dan pemakaman tua itu dalam identifikasi awal diketahui memiliki ciri yang teramat berbeda dari pemakaman modern saat ini umumnya.
"Makam-makam itu tidak berjejer utara selatan seperti pemakaman muslim umumnya sebagaimana ajaran agama Islam yang dianut warga desa Air Batu saat ini, tapi dengan posisi berjejer timur-barat atau Tenggara-Barat Daya, ini sesuatu yang unik dan pastinya simbol atas tradisi dan kepercayaan masyarakat pada masa itu,'' kata Yusuf.
Selain itu, dari beberapa makam yang masih relatif bisa dideteksi bentuknya, terlihat seperti terstruktur seperti pundan berundak-undak, meskipun bahan yang digunakan adalah tumpukan batu-batu.
"Kita masih belum bisa mereka umur pemakaman tua ini, tapi dari apa yang di paparkan warga desa Air Batu ini sendiri puing ini adalah lokasi desa pemukiman pertama nenek moyang mereka ketika pertama mendiami kawasan tersebut ratusan tahun lalu,'' ungkap Yusuf.
Setelah lokasi pertama itu telah sempat terjadi dua kali perpindahan lokasi desa mereka hingga ke lokasi yang berkembang saat ini 2 km dari Geopark sungai Batang Merangin, karena itu dapat diperkirakan kalau pemakaman tua dan puing perkampungan lama ini berasal dari zaman awal sejarah atau akhir masa prasejarah.
Selain itu, tambah Yusuf, para sesepuh warga desa juga menceritakan kalau tak jauh dari lokasi tersebut tersebut juga terdapat pemakaman massal tua yang menurut paparan secara lisan turun temurun generasi ke generasi, itu adalah pemakaman massal bagi korban bencana alam dahsyat yang sempat terjadi di desa mereka di masa lampau.
"Mereka menyebut pemakaman massal akibat bencana alam dahsyat itu dengan sebutan 'Tebat'. Tapi sayangnya warga tidak bisa merinci bencana alam alam yang menimbulkan korban begitu banyak itu apakah gempa bumi atau air bah, kita perlu melakukan studi intensif akan hal ini," ujar Yusuf.(T.KR-BS)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012