Jambi (ANTARA Jambi) - Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jambi Amrin Azis mengatakan, alih fungsi lahan pertanian di daerah tersebut hanya 10 persen dari 189.000 hektare lahan yang ada.

"Sejauh ini alih fungsi lahan lebih banyak ke perkebunan sehingga tidak menjadi masalah besar, selagi itu masih menguntungkan petani dan masyarakat umum," katanya.

Tidak seperti di kota-kota di Jawa atau daerah lain yang alih fungsi lahan pertaniannya cenderung ke bangunan, di Jambi secara umum alih fungsi lahan lebih banyak dijadikan perkebunan.

Banyak petani kini yang sudah mulai sadar dan kembali bercocok tanam padi di sawah, sebab merasa keuntungan dan manfaat yang didapat lebih besar ketimbang perkebunan lain.

Bahkan di Terusan Kabupaten Batanghari ini terjadi perluasan lahan pertanian, dari yang semula hanya 300 hektare, kini sudah menjadi 700 hektare, ujar Amrin.

Secara umum alih fungsi lahan menjadi perkebunan terjadi di daerah-daerah tadah hujan dan rawa, sebaliknya di wilayah irigasi hampir tidak ada yang mau mengalihkan lahan mereka, sebab secara umum sawah mereka sudah jadi.

"Di daerah tadah hujan dan rawa banyak yang tergoda mengalihkan lahan mereka menjadi kebun sawit dan karet karena dianggap harganya jauh lebih tinggi," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi Ahmad Fauzul mengatakan, sedikitnya ada 13.000 hektare lahan pertanian di daerah tersebut beralih fungsi menjadi perkebunan sawit selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

Alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan sawit mulai dirasakan sejak 10 tahun terakhir saat petani lebih tergiur dengan hasil ekonomi dari perkebunan sawit.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012