Jambi (ANTARA Jambi) - Masih banyak pelajar yang tidak memahami konsep budaya mantra yang sebenarnya merupakan salah satu kearifan lokal milik Indonesia.
Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sulistyo Tirtokusumo saat membuka dialog seni rupa di Jambi, Kamis, menjelaskan, tradisi mantra sudah ada di Indonesia sejak dahulu kala dan ketika masih berbentuk kerajaan-kerajaan, tradisi mantra sangat melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Sayangnya, tradisi mantra yang telah melekat secara turun-temurun itu kurang diketahui dan dipahami oleh para pelajar selaku generasi penerus bangsa.
"Banyak pelajar yang tak tahu apa itu budaya mantra. Selama ini, sejarah mantra sudah dianggap masuk dalam kurikulum pelajaran agama sehingga tidak masuk pembahasan secara substantif," katanya.
Dalam dialog yang dihadiri sekitar 90 perupa se-Indonesia ini, Sulistyo menyatakan bahwa mantra merupakan salah satu bentuk konsep kekuatan yang bersumber dari pergulatan sosial dan lahir dari kegiatan masyarakat.
Tradisi mantra juga merupakan medium bagi masyarakat, khususnya pada zaman dahulu, untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
"Tak hanya itu, mantra juga dijadikan saran untuk menjaga diri, menolak bala, memuji Tuhan dan mantra juga bisa menyatakan harapan serta doa," ujarnya.
Ia berharap dari dialog mantra dalam seni rupa dapat menghasilkan perkembangan pemikiran terkait budaya mantra serta bisa menjadi pemicu terciptanya karya seni yang memiliki mantra yang lengkap serta santun.
"Mantra itu bentuk kebudayaan asli Indonesia, sangat disayangkan bila dinterprestasikan secara salah," katanya lagi.
Dalam dialog ini, sejumlah kurator lukisan Asikin Hasan bersama pengamat seni Jambi, Jafar Rasuh, kurator Rizky turut berpartisipasi memberikan pemahaman terkait budaya mantra dalam aliran seni rupa.(Ant)