"Hampir semua daerah yang rawan banjir itu berada di daerah yang bukitnya ditanami sayur-sayuran untuk daerah dingin. Pengaruh Eropa ini, kolonial, makan kentang, makan kol, dan sebagainya. Itu menyebabkan daerah di bawahnya jadi terbuka, daratannya terbuka, maka air tidak lagi sampai menetap di situ," kata Kalla, di Jakarta, Rabu.
Akibatnya, kata dia, bukit-bukit yang ada di daerah dataran tinggi dijadikan lahan untuk menanam sayur-sayuran guna memenuhi tuntutan gaya hidup masyarakat tersebut.
"Dulu kita makan sayurnya itu kangkung, yang tumbuh di daerah rendah saja. Sekarang ini (makan) macam, ya kentang lah, kol-lah, apalah; itu terjadi di Garut begitu juga di Dieng. Jadi karena pengaruh kebiasaan makan yang sekarang tentu sulit dihentikan," katanya.
Guna menanggulangi keterbatasan lahan dataran tinggi, yang semakin sedikit akibat penanaman masif di dataran tinggi, Wapres berharap ada inovasi supaya jenis sayur-sayuran dataran tinggi tersebut dapat ditanam di dataran rendah.
"Jadi sekarang bagaimana kita mendorong teman-teman peneliti, untuk bagaimana membuat riset bahwa sayur-sayuran seperti itu juga bisa tumbuh di daerah rendah, bukan di daerah ketinggian saja," ujarnya.***