"Salah satu upaya untuk meningkatkan sitasi atau pengutipan adalah dengan memasangkan dosen-dosen kita dengan peneliti asing melalui skema riset kelas dunia," kata Dimyati di Bandung, Kamis.
Program riset kelas dunia ini akan disandingkan dengan program mendatangkan profesor kelas dunia (WCP) yang akan membantu perguruan tinggi dalam meningkatkan penelitian dan juga menulis jurnal internasional. Profesor itu diminta untuk mentransfer pengetahuan kepada dosen-dosen di Indonesia.
"Sudah ada beberapa penulis asing yang kami masukkan ke dalam daftar. Mulai dari peneliti dari Amerika Serikat ada lima peneliti, Eropa sebanyak dua atau tiga peneliti," tambah dia.
Peneliti dari Amerika Serikat memiliki kepakaran dalam ibidang nanoteknologi dan kesehatan yang akan sejalan dengan rencana induk riset.
Dimyati mengungkapkan dua pendekatan dalam program ini, yakni penunjukkan peneliti asing yang disandingkan dengan peneliti lokal dan kerja sama dengan luar negeri melalui kompetisi.
"Potensi kita, bisa menulis 151.000 jurnal dalam satu tahun, tapi yang baru dipublikasikan di jurnal internasional baru 19.000 an. Jadi masih sangat tinggi," kata dia lagi.
Namun dia mengakui masih berbicara mengenai kuantitas, bukan kualitas. Bukti belum maksimalnya kualitas adalah jumlah sitasi yang belum tinggi, padahal sitasi adalah untuk mendukung kejujuran akademik.
"Kami memilki strategi untuk meningkatkan hal itu untuk memasangkan para peneliti kelas dunia dan peneliti kita," tutup Dimyati.
Baca juga: Dosen asing bisa dongkrak reputasi kampus