Pekanbaru (Antaranews Jambi) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mengantisipasi peningkatan jumlah titik-titik api yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan sepanjang libur Lebaran 2018..
Kepala Pelaksana BPBD Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Rabu mengatakan liburan merupakan salah satu kesempatan bagi para pelaku untuk membakar lahan, yang tujuan utamanya membuka lahan pertanian dan perkebunan baru.
"Untuk itu, disaat semua libur lebaran kami tetap bertugas dan fokus. Baik patroli pencegahan hingga penanggulangan," kata Edwar.
Dia menjelaskan dalam beberapa kesempatan, kasus Karhutla di Provinsi Riau cenderung meningkat sepanjang momen liburan tiba. Mereka yang mayoritas warga pendatang membuka lahan dengan cara membakar disaat petugas dianggap lengah dalam melakukan patroli.
Hal itu diakui oleh Edwar, sebagai salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh Satgas Karhtula yang terdiri dari berbagai instansi mulai dari TNI, Polri, BPBD, Pemprov Riau, BMKG hingga elemen masyarakat peduli api tersebut.
Bahkan, beberapa hari menjelang libur lebaran atau dalam sepekan terakhir, BMKG mendeteksi lonjakan titik-titik api yang mengindikasikan Karhutla dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen.
Menurut Edwar, hal itu tidak lepas dari kembali maraknya aksi pembakaran lahan yang diperparah dengan kondisi cuaca terik dengan penurunan curah hujan sepanjang Juni 2018 ini.
Komandan Resor Militer 031 Wirabima, Brigjen Sonny Aprianto sebagai komandan Satgas Karhutla Riau menegaskan bahwa jajaran TNI maupun unsur pendukung lain dalam Satgas tetap akan siaga dan menjalankan tugas agar Riau bebas Karhutla sepanjang libur lebaran ini.
"Seperti yang teman-teman lihat, saya masih bertugas begitu juga seluruh jajaran Satgas. Kita akan tetap bertugas meski saat momen libur lebaran," kata Sonny.
Dalam sepekan terakhir, BMKG menemukan titik-titik api baru yang bermunculan di sejumlah daerah, terutama di wilayah pesisir Riau.
BMKG memprediksi wilayah Riau kembali memasuki musim kemarau fase ke dua pada Juni 2018 ini. Prediksi tersebut kemudian menjadi salah satu alasan Pemerintah Provinsi Riau memperpanjang status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan hingga 30 November 2018 mendatang.
Perpanjangan status tersebut selain mengantisipasi Karhutla, juga sebagai bagian dari upaya untuk mensukseskan pagelaran olahraga akbar se Asia, Asian Games 2018.
Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah menetapkan status Siaga Karhutla sejak 19 Februari 2018 lalu, dan berakhir pada 31 Mei 2018. Saat itu, penetapan status tersebut dilakukan setelah sebelumnya sebagian besar wilayah Riau mulai dilandar kebakaran hebat.
Tercatat, seluas 1.870,96 hektare lahan di Provinsi Riau hangus terbakar sepanjang lima bulan pertama 2018 ini, dengan lima kabupaten diantaranya mengalami kebakaran dengan luas diatas 100 hektare.
Kebakaran terluas terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti yang mencapai 896,61 hektare. Setelah Meranti, Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah ke dua dengan luas lahan terparah yang hangus terbakar sepanjang musim kemarau periode pertama 2018 dengan total lahan mencapai 345,5 hektare.
Kabupaten Siak menempati posisi ke tiga dengan luas lahan terbakar mencapai 131,5 hektare, selanjutnya diikuti Kabupaten Indragiri Hulu 128,5 hektare serta Kota Dumai 120 hektare.
Baca juga: Dua helikopter padamkan karhutla di Riau
Baca juga: BMKG: 12 titik panas terdeteksi di Riau
Kepala Pelaksana BPBD Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Rabu mengatakan liburan merupakan salah satu kesempatan bagi para pelaku untuk membakar lahan, yang tujuan utamanya membuka lahan pertanian dan perkebunan baru.
"Untuk itu, disaat semua libur lebaran kami tetap bertugas dan fokus. Baik patroli pencegahan hingga penanggulangan," kata Edwar.
Dia menjelaskan dalam beberapa kesempatan, kasus Karhutla di Provinsi Riau cenderung meningkat sepanjang momen liburan tiba. Mereka yang mayoritas warga pendatang membuka lahan dengan cara membakar disaat petugas dianggap lengah dalam melakukan patroli.
Hal itu diakui oleh Edwar, sebagai salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh Satgas Karhtula yang terdiri dari berbagai instansi mulai dari TNI, Polri, BPBD, Pemprov Riau, BMKG hingga elemen masyarakat peduli api tersebut.
Bahkan, beberapa hari menjelang libur lebaran atau dalam sepekan terakhir, BMKG mendeteksi lonjakan titik-titik api yang mengindikasikan Karhutla dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen.
Menurut Edwar, hal itu tidak lepas dari kembali maraknya aksi pembakaran lahan yang diperparah dengan kondisi cuaca terik dengan penurunan curah hujan sepanjang Juni 2018 ini.
Komandan Resor Militer 031 Wirabima, Brigjen Sonny Aprianto sebagai komandan Satgas Karhutla Riau menegaskan bahwa jajaran TNI maupun unsur pendukung lain dalam Satgas tetap akan siaga dan menjalankan tugas agar Riau bebas Karhutla sepanjang libur lebaran ini.
"Seperti yang teman-teman lihat, saya masih bertugas begitu juga seluruh jajaran Satgas. Kita akan tetap bertugas meski saat momen libur lebaran," kata Sonny.
Dalam sepekan terakhir, BMKG menemukan titik-titik api baru yang bermunculan di sejumlah daerah, terutama di wilayah pesisir Riau.
BMKG memprediksi wilayah Riau kembali memasuki musim kemarau fase ke dua pada Juni 2018 ini. Prediksi tersebut kemudian menjadi salah satu alasan Pemerintah Provinsi Riau memperpanjang status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan hingga 30 November 2018 mendatang.
Perpanjangan status tersebut selain mengantisipasi Karhutla, juga sebagai bagian dari upaya untuk mensukseskan pagelaran olahraga akbar se Asia, Asian Games 2018.
Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah menetapkan status Siaga Karhutla sejak 19 Februari 2018 lalu, dan berakhir pada 31 Mei 2018. Saat itu, penetapan status tersebut dilakukan setelah sebelumnya sebagian besar wilayah Riau mulai dilandar kebakaran hebat.
Tercatat, seluas 1.870,96 hektare lahan di Provinsi Riau hangus terbakar sepanjang lima bulan pertama 2018 ini, dengan lima kabupaten diantaranya mengalami kebakaran dengan luas diatas 100 hektare.
Kebakaran terluas terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti yang mencapai 896,61 hektare. Setelah Meranti, Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah ke dua dengan luas lahan terparah yang hangus terbakar sepanjang musim kemarau periode pertama 2018 dengan total lahan mencapai 345,5 hektare.
Kabupaten Siak menempati posisi ke tiga dengan luas lahan terbakar mencapai 131,5 hektare, selanjutnya diikuti Kabupaten Indragiri Hulu 128,5 hektare serta Kota Dumai 120 hektare.
Baca juga: Dua helikopter padamkan karhutla di Riau
Baca juga: BMKG: 12 titik panas terdeteksi di Riau