Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) optimistis investasi hulu migas di Tanah Air bakal meningkat, mengingat Kementerian ESDM juga secara resmi telah memulai proses lelang reguler Wilayah Kerja (WK) migas konvensional tahap tiga 2019.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta Minggu, mengemukakan hingga 2027 setidaknya ada 42 proyek utama migas yang akan dilaksanakan dengan total investasi mencapai 43,3 miliar dolar AS. Total produksi dari 42 proyek tersebut 1,1 juta BOE, mencakup minyak bumi sebesar 92,1 ribu barel oil dan gas sebesar 6,1 miliar kaki kubik per hari.
"Empat di antaranya merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) hulu migas yang menjadi prioritas untuk meningkatkan produksi migas, demi memenuhi konsumsi migas domestik yang semakin meningkat," ungkap mantan Dirut Pertamina tersebut.
Dwi lebih lanjut menjelaskan sampai dengan 30 Juni 2019 ada sebanyak 13 persetujuan rencana pengembangan lapangan (POD) sudah disetujui dan memberikan potensi tambahan cadangan migas sebesar 132 juta setara barel minyak (MMboe). Jumlah tersebut secara akumulasi menghasilkan rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) sebesar 23,85 persen dari target APBN 2019 sebesar 100 persen.
Sementara itu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan untuk mendukung eksplorasi migas ke depan, pihaknya telah menentukan 10 wilayah prospektif.
Kesepuluh wilayah potensial antara lain, di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
Selain itu, SKK Migas saat ini sedang melakukan proses evaluasi hasil pengeboran sumur dan evaluasi skenario pengembangan lapangan 10 wilayah migas prospektif tersebut. Wisnu menambahkan, tahapan selanjutnya ditentukan dari hasil evaluasi tersebut.
Bagi para investor, tantangan terbesar untuk mengembangkan sebuah wilayah kerja migas sejatinya bergantung pada tingkat keekonomian dan risiko eksplorasi yang ada pada proyek tersebut.
Tingginya risiko eksplorasi dan disertai dengan keekonomian proyek yang kurang memadai dapat membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berpikir ulang untuk melakukan eksplorasi demi mencari cadangan migas baru. Sebagai contoh, keputusan BP Indonesia mengembalikan wilayah kerja di Blok West Aru I dan Blok West Aru II, Laut Arafura, Provinsi Maluku, pada 2016.
Perusahaan asal Inggris ini mendapatkan hak pengelolaan blok eksplorasi dari Pemerintah Indonesia pada 2011. Empat tahun berselang, setelah BP Indonesia menunaikan komitmen eksplorasinya, perusahaan akhirnya mengembalikan blok migas yang dikelolanya kepada Pemerintah.
Manager Exploration BP Indonesia, Leonardus Tjahjadi, sempat mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan komitmen pasti pada Blok West Aru I dan Blok West Aru II dan dilanjutkan dengan pengembalian kepada Pemerintah pada 2015 dan disetujui 2016. Setelah pengembalian, pihaknya mengaku tidak memiliki rencana khusus dalam pengembangan Blok West Aru I dan II.
"Hasil evaluasi kami menunjukkan cukup banyak tantangan dari aspek teknis maupun komersial. Kami telah memenuhi semua komitmen pasti dari kedua wilayah kerja tersebut dengan melakukan akuisisi survei seismik 3D seluas 5,000 km2, yang merupakan salah satu survei seismik terbesar di Indonesia hingga saat ini," ungkapnya.
Dengan kebutuhan minyak mentah nasional yang terus meningkat, upaya meningkatkan pasokan energi fosil melalui kegiatan eksplorasi menjadi hal yang semakin penting untuk segera dikerjakan. Di satu sisi, potensi cadangan migas Indonesia yang masih sangat besar dan dapat dikembangkan, namun di sisi lain diperlukan perbaikan iklim investasi yang lebih menarik sehingga investor migas global berniat masuk ke Indonesia.
Terkait dengan topik eksplorasi dan eksploitasi migas, Indonesian Petroleum Association (IPA) juga akan kembali menggelar acara tahunan IPA Convention and Exhibition 2019 di Jakarta Convention Centre (JCC), 4-6 September.
Sebagaimana diketahui, IPA Convention and Exhibition adalah ajang tahunan minyak dan gas terkemuka di Asia Tenggara yang telah diselenggarakan selama 42 tahun. IPA Convention and Exhibition membawa pembuat kebijakan dan peraturan, ahli-ahli, investor, operator, dan sektor pendukung untuk bertukar ide, teknologi terbaru dan kerjasama untuk investasi masa depan di Indonesia.