Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyarankan agar para petani dapat mengolah tomat hasil panen mereka menjadi dodol agar memiliki nilai jual lebih tinggi dan petani tidak terlalu merugi.
"Dengan anjloknya harga tomat di pasaran saat ini, sebaliknya petani dapat mengolah hasil panen menjadi dodol tomat sehingga nilai ekonominya lebih tinggi," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Senin.
Harga tomat di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram hanya berkisar Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram.
Menurutnya, kalau harga jualnya stabil Rp3.000 per kilogram, petani masih mendapatkan untung, tapi kalau hanya Rp2.000 per kilogram petani rugi sebab biaya produksinya tidak tertutupi.
Oleh karena itu, selain menyarankan petani mengolah tomatnya sendiri menjadi dodol, petani juga disarankan menjual tomatnya ke pusat-pusat oleh-oleh khas Kota Mataram yang juga mengolah tomat menjadi berbagai jenis makanan khas.
"Tapi, daya tampungnya juga terbatas karena itulah perlu kreativitas dari petani," katanya lagi.
Di sisi lain, Mutawalli mengatakan, kondisi seperti saat ini sudah sering dialami petani hortikultura sehingga petani sudah melakukan antisipasi.
Dimana, program taman tomat dilaksanakan bersamaan dengan taman cabai atau dengan istilah tumpang sari. Karenanya, jika harga tomat anjlok, maka harga cabai naik. Begitu sebaliknya kalau harga cabai turun, harga tomatlah yang naik.
Untuk harga cabai saat ini mencapai sekitar Rp40 ribu lebih per kilogram. Sementara harga paling murah agar biaya tertutupi minimal sebesar Rp8.500 per kilogram. Jadi, dengan harga cabai saat ini petani sudah untung banyak.
"Untuk produksi tomat kami belum tahu persis, karena ditanam bersamaan dengan cabai dimana tahun ini luas tanam cabai di Mataram 65 hektare," katanya.
Dodol tomat solusi naikan nilai tambah
Senin, 16 September 2019 16:52 WIB