Tangerang (ANTARA) - Presiden Joko Widodo minta kepada PT Pertamina dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit untuk memberikan tambahan dana bantuan dalam pengembangan katalis yang dilakukan oleh Tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Presiden menuturkan, dari keterangan Prof Subagjo selaku tim riset dari ITB, dana pengembangan katalis selama ini masih kecil. Padahal jika katalis dapat berkembang akan memiliki dampak yang besar.
Misalnya saja harga sawit akan meningkat dan memberikan keuntungan kepada petani sawit. Lalu impor minyak menjadi turun, neraca transaksi berjalan baik dan defisit juga semakin baik.
Oleh karena itu, kedepannya harus ada integrasi yang dilakukan seluruh pihak dengan membangun Katalis Nasional. Jangan sampai, pengembangan yang dilakukan memiliki ketergantungan dengan negara lain.
Sebab, berkembangnya katalis di dalam negeri memiliki implikasi secara nasional. Melalui dukungan semua pihak maka katalis di dalam negeri bisa lebih maju.
"Kita harus bisa melakukan produksi sendiri dan dilakukan oleh peneliti dalam negeri. Sebab, potensi di dalam negeri begitu besar,"ujarnya.
Subagjo bersama tim mengembangkan riset katalis minyak nabati dengan merubah minyak sawit kelapa menjadi solar, hingga avtur dalam skala kecil.
Prof Subagjo selaku peneliti dari ITB menuturkan, kebutuhan katalis di dalam negeri begitu besar. Dirinya bersama tim telah mendapatkan bantuan dari Pertamina seperti alat dengan harga Rp8 Miliar dan Rp46 Miliar Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Namun, dana tersebut ternyata dinilai oleh Presiden Joko Widodo masih sangat kecil. Apalagi, lahan sawit Indonesia mencapai 13 hektar dan produksi mencapai 60 juta ton per tahun.
"Kami harap, dengan dukungan langsung dari Presiden, bisa membantu mempercepat pembangunan industri katalis. Agar resep katalis yang ada ini tak dijual ke luar negeri," ujarnya.